Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Tim Badan SAR Nasional (Basarnas) menyatakan proses evakuasi jenazah crosser asal Australia Headley Michael Adrian (Mick) serta sejumlah peserta "trail Adventure" yang terjebak di hutan tidak mudah, meski pada akhirnya berhasil dilakukan.
Kepala Seksi Operasi Basarnas Kaltim, Mugiono, saat dihubungi Senin, mengaku para anggota Tim baru bisa mencapai lokasi "Trail Adventure Balikpapan 2 Days Enduro" di kawasan hutan di lintasan antara Semoi-Km 62 Jalan Soekarno-Hatta, pada Minggu (17/2) dinihari sekitar pukul 01.00 Wita.
Crosser asal Australia Mick tewas di lintasan antara Semoi-Km 62 Jalan Soekarno-Hatta, pada Sabtu (16/2) malam.
Menurut Mugiono, Tim Basarnas mulai bergerak pada Sabtu (16/2) lepas Magrib. Selain Basarnas, juga ada para prajurit dari kesatuan Yon 600 Raiders Kodam VI Mulawarman.
Ia menuturkan, lokasi di mana Mick tewas adalah hutan sekunder, sekitar 30 km dari ke barat dari Jalan Soekarno Hatta. Saat lomba trail adventure berlangsung, hampir setiap malam turun hujan yang membuat hutan basah dan becek.
Kondisi jalan setapak yang menjadi perlintasan peserta pun berubah menjadi bubur lumpur. Apalagi setelah dilewati ratusan motor dengan ban penggerus tanah seperti motor trail.
"Jalannya seperti puluhan lintasan tamiya yang lengket," kata Ganda, crosser Balikpapan yang sebelum lomba sempat berfoto bersama dengan Mick di tempat start di Dome, Gedung Pertemuan dan Olahraga di Balikpapan.
Tamiya adalah mobil radio kontrol yang lintasannya berupa kotak selebar sejengkal, persis seperti bekas roda trail di jalan tanah lembek.
Karena jalannya sempit dan berlumpur itu, mobil Basarnas tak bisa masuk. Bahkan mobil gardan ganda pun tidak gampang menerobos medan tersebut. Terlebih lagi medan naik turun dan ada tiga sungai yang harus diseberangi dengan jembatan darurat.
Seperti disebutkan Mugiono, para penolong itu kemudian memutuskan jalan kaki. Begitu pula mereka membawa jenazah Mick, yaitu dengan ditandu. Perlu tiga jam lagi untuk keluar ke jalan raya dengan jalan kaki, dan akhirnya tiba di RS Kanujoso Djatiwibowo pukul 04.09 Wita. Pada Minggu (17/2) siang, jenazah sudah divisum.
"Dehidrasi yang luar biasa bisa memicu serangan jantung. Jantung bekerja ekstra keras karena darah mengental," tutur Fajar, offroader dari Total Indonesie Offroad Club yang pernah dirawat hingga sepekan karena serangan jantung akibat dehidrasi sebab touring offroad di lintasan yang sama.
"Kami dulu pun kerap kemalaman dan terpaksa kemping di rute itu," cerita dr Syaiful, mantan ketua Pengurus Daerah Indonesia Offroad Federation (Pengda IOF) Kalimantan Timur. dr Syaiful juga pernah bertugas sebagai dokter umum di Puskesmas Semoi.
Di sisi lain, Ganda menolak istilah "evakuasi" dan "terjebak" bagi para crosser yang masih berada di dalam hutan hingga Minggu (17/2) siang.
Menurutnya, semua berada dalam rute yang sudah direncanakan. Rute pun sudah disurvei, dan terbukti meskipun berat, tetap bisa dilalui dengan selamat.
"Buktinya ada mbak Agata ini, perempuan, baru 13 tahun, yang tetap bisa lolos. Apalagi acaranya direncanakan memang berlangsung sampai Minggu sore," sebut Ganda seraya menunjuk Afni Agata, siswa SMPN 8 Balikpapan, crosser perempuan yang ikut trail adventure ini bersama Budinoyo ayahnya.
Itu artinya, jelas Ganda, seandainya tidak terjadi apa-apa, crosser yang paling payah pun akan bisa keluar meski hingga Minggu malam.
Saat Sabtu malam, panitia menyiapkan tempat bermalam di Km 55 Jalan Soekarno-Hatta, yaitu di kawasan di mana banyak terdapat warung peristirahatan para pengemudi.
Sebab itu, trail adventure ini sesungguhnya bukan lomba karena tidak mencari siapa yang tercepat masuk finish atau tercepat menyelesaikan lomba. Hadiah sebuah motor trail KTM dan Kawasaki KLX pun diberikan dengan undian, yaitu undian nomor start.
Ganda sendiri berhasil keluar di Km 62 pada pukul 17.00, setelah memulai perjalanan pukul 15.00 dari Bukit Bangkirai, 30 km dari Jalan Soekarno-Hatta di Km 38 Samboja.
Ia bersama tidak kurang dari 15 crosser yang dipimpin Denny Warrouw, pemimpin jalan.
Meski begitu, Mugiono menggambarkan bahwa para peserta yang ditemuinya di dalam hutan tampak benar-benar kelelahan, basah, dan kedinginan. Mereka juga tidak punya makanan dan tidak ada tempat berteduh.
Panitia kemudian merespon dengan mengirimkan makanan kepada mereka dengan helikopter.
Pada Minggu (17/2), dengan perlahan semua melanjutkan perjalanan dan keluar dari trek menuju Jalan Soekarno-Hatta. Sebagian lagi keluar dengan meninggalkan motor di hutan yang masih belum bisa dikeluarkan dari lintasan yang lumpur. (*)