Samarinda (ANTARA Kaltim)- Pemprov Kaltim tidak hanya memiliki sentra pengembangan padi, tetapi juga pusat pengembangan beberapa jenis tanaman buah di sejumlah daerah, seperti sentra durian di Penajam, jeruk Borneo di Paser, dan sentra pisang di Kutai Timur.
"Kawasan sentra pengembangan holtikultura di Kaltim terpusat di delapan kabupaten maupun kota dengan puluhan kecamatan. Masing-masing kawasan memiliki keunggulan buah tersendiri," ujar Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kalimantan Timur, H Ibrahim di Samarinda, Senin.
Pengembangan kawasan holtikultura yang dilakukan sejak 2008 hingga 2012 antara lain pembangunan kawasan jeruk Borneo Prima seluas 1.081 hektare (ha) di Kabupaten Paser, Kutai Kartanegara (Kukar), Kutai Timur (Kutim), Berau, Bulungan, dan Kabupaten Nunukan.
Kemudian pengembangan kawasan jeruk Nipis seluas 30 ha di Kukar, pengembangan kawasan durian atau lai seluas 788 ha di Kukar, Berau, Bulungan, Nunukan, dan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Pengembangan kawasan pisang seluas 1.129 ha di Kabupaten Paser, Kukar, Kutim, Bulungan, dan Nunukan, selanjutnya pengembangan kawasan pepaya mini 103 ha di Kota Balikpapan dan Samarinda.
Selain itu pada 2013 juga segera dilakukan pembangunan holtikultura dengan pola pendekatan kawasan, seperti pengembangan kawasan durian, jeruk, jeruk Nipis, pisang, pepaya, dan pengembangan kawasan anggrek.
Kegiatan lainnya adalah pemasyarakatan bibit unggul holtikultura di perkebunan, lahan pekarangan, dan pengembangan holtikultura unggulan Kaltim, termasuk melakukan rehab outlet pertanian organik.
Dalam pengembangan holtikultura, lanjutnya, pola yang diterapkan sama dengan pengembangan tanaman pangan lain yakni dengan pendekatan sistem usaha agribisnis.
Guna mewujudkan sistem itu, maka ada hal mendasar yang menjadi fokus strategi, yakni pengembangan perwilayahan. Kegiatan ini menekankan pada pengembangan komoditas yang sesuai dengan potensi daerah dan potensi pasar.
"Sistem ini sangat penting karena pengembangan yang disesuaikan dengan potensi yang ada di daerah masing-masing, baik potensi agroklimat, sumber daya alam, maupun sumber daya manusianya, produksi tanaman pangan juga harus disesuaikan dengan permintaan pasar karena berkaitan dengan kesejahteraan petani," ujar Ibrahim. (*)