Semarang (ANTARA) - Peneliti urban farming dari Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Dian Armanda mengatakan agrobisnis merupakan salah satu usaha yang sangat menjanjikan pada masa pandemik Coronavirus Disease (COVID-19).
"Saat lapangan usaha lain mengalami penurunan, pertanian justru mengalami penaikan sangat signifikan," kata Dian Armanda selaku pendiri start up CitiGrower (inisiatif urban farming berbasis digital) kepada ANTARA di Semarang, Sabtu.
Dian Armanda lantas memaparkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) menurut lapangan usaha pada Triwulan II 2020 atau pada saat pandemi COVID-19 mulai melanda Indonesia. Sektor pertanian, misalnya, ternyata masih menjadi kekuatan ekonomi di Tanah Air dengan pertumbuhan positif, bahkan tertinggi dengan pertumbuhan PDB sebesar 16,24 persen.
Pada periode yang sama, lanjut Dian, infokom sekitar 3,44 persen dan pengadaan air 1,28 persen. Sektor lainnya mengalami pertumbuhan negatif, misalnya real estate mencatat minus 0,26 persen, jasa pendidikan (-0,68 persen), industri (-6,49 persen), dan perdagangan (-6,71 persen).
"Artinya, agrobisnis itu sesuatu yang sangat menjanjikan pada era pandemik ini dalam posisi apa pun, baik produsen/grower/petani, pengolah, distributor, maupun retailer," kata Dian yang saat ini tengah menempuh program doktoral di Institute of Environmental Sciences Leiden University, Belanda.
Dengan komoditas apa pun, menurut Dian, agrobisnis merupakan peluang usaha yang menjanjikan, baik hasil tani (sayuran), olahan hasil tani (makanan olahan), alat dan bahan-bahan pertanian, maupun jasa pertanian.
Terkait dengan urban farming, dosen UIN Walisongo Semarang mengatakan bahwa pertanian perkotaan berpotensi mendukung perbaikan ekologi, nilai edukasi, estetika, dan ekonomi, terbukti mendukung ketahanan pangan 200 juta sampai 400 juta petani urban dunia.
"Urban farming juga telah menjadi tren dan gaya hidup baru masyarakat perkotaan," demikian peneliti urban farming dan biologi lingkungan UIN Walisongo Semarang Dian Armanda.