Penajam (ANTARA Kaltim) - Patani Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kaltim, kesulitan mendapatkan solar bersubsidi guna mengoperasikan traktor tangan mereka.
Kepala Desa Sebakung Jaya, Kecamatan Babulu, Kabupaten PPU, Muharis, Selasa, mengungkapkan, untuk membajak sawah dengan cepat petani memerlukan traktor tangan.
"Tapi, saat ini petani mulai sulit dapat solar bersubsidi. Hal ini selalu dialami petani setiap masuk musim tanam," ujarnya.
Menurut Muharis, untuk mendapatkan solar bersubsidi dengan harga Rp4.500/liter di agen penjualan minyak dan gas (APMS), sangat sulit dilakukan, karena para petani tidak mungkin membawa traktornya ke APMS untuk mengisi solar.
Hal senada juga diungkapkan Joko, petani Desa Sidorejo, Kecamatan Penajam, Kabupaten PPU.
"Untuk garap sawah seluas satu hektare dengan menggunakan hand traktor, dibutuhkan sekitar 15 liter solar per hari," ujarnya.
Petani tidak mungkin membawa hand traktor ke APMS untuk mengisi solar. Sementara untuk membeli solar di tingkat pengecer, kata Joko, petani harus mengeluarkan uang Rp7.500 sampai Rp8.000 per liternya.
"Harga sebesar itu sangat memberatkan para petani. Bahkan, petani juga kesulitan dapat solar di tingkat eceran," ucapnya.
Sementara itu, Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten PPU, terus melakukan upaya untuk memenuhi kebutuhan BBM bersubsidi jenis solar sekitar 7,5 ton per hari, untuk para petani tersebut.
"Untuk satu hektare sawah diperlukan 15 liter solar, dan ada 500 unit hand traktor yang tersebar empat kecamatan, akan dioperasionalkan saat masuk musim tanam sehingga dalam sehari para petani membutuhkan sekitar 7,5 ton solar," kata Kepala DP3K Kabupaten PPU, Ahmad Usman.
Untuk itu, katanya, DP3K melakukan koordinasi dengan Dinas UKM, Perindustrian dan Perdagangan, untuk selanjutnya diajukan kepada PT Pertani guna mendapatkan kuota solar bersubsidi bagi para petani.
"Datanya sementara kami susun dan mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa diserahkan, dan selanjutnya diteruskan kepada Pertamina," kata Usman.
Kepala UMK Perindag, Arnold Wayong mengaku, sampai sekarang data mengenai jumlah hand traktor serta jumlah kebutuhan solar belum diterima dari DP3K.
"Kami siap memfasilitasi permintaan solar bersubsidi kepada Pertamina," katanya.
Selain petani, akta Arnold, para nelayan juga membutuhkan solar bersubsidi. Karena di PPU baru tersedia satu stasiun pengisian bahan bakar untuk nelayan (SPBN), khusus nelayan yang berada di Penajam. Sementara SPBN di Waru sampai sekarang belum beroperasi, karena masih menunggu persetujuan dari Pertamina. (*)
Petani Kesulitan Beli Solar Bersubsidi
Selasa, 13 November 2012 20:45 WIB