Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Lamuji (55), salah seorang penumpang KM Surya Indah yang tenggelam di Sungai Mahakam tepatnya Kampung Seblang, Kecamatan Muara Pahu, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, berhasil selamat setelah berpegangan di kaki salah seorang anak buah kapal (ABK).
Ditemui saat mengantarkan jenazah istrinya, Sumini (52) yang akan dimakamkan di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, di kantor Yayasan Karya Insani, sebuah perusahaan jasa pengantaran jenazah di Jalan DI Panjaitan Kecamatan Samarinda Utara, Senin dinihari, pria yang mengaku bekerja sebagai penjual pentol dan gorengan di Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat itu menuturkan detik-detik tenggelamnya kapal angkutan ke pedalaman Kaltim tersebut.
"Saat itu, saya bersama istri dan puluhan penumpang lainnya berada di lantai satu KM Surya Indah. Posisi saya berada di bagian tengah sebelah kanan kapal, tiba-tiba saya melihat air menggulung dari arah depan sehingga saya langsung berteriak kapal bocor," ungkap Lamuji, yang terlihat tetap berusaha tegar, walaupun istrinya telah terbujur kaku akibat peristiwa naas tersebut.
Saat peristiwa berlangsung lanjut Lamuji, semua penumpang yang berada di lantai satu, tengah terlelap.
"Saat itu, hanya saya yang terjaga dan semua penumpang di lantai satu tertidur sehingga ketika saya berteriak kapal bocor kemudian meminta tolong tidak satu pun orang terbangun. Namun, saat air sudah mulai menggenangi hampir seluruh ruangan, para penumpang mulai panik dan berupaya menyelamatkan diri masing-masing," tutur Lamuji.
Kondisi kapal yang tertutup pada kedua sisinya itu tambah Lamuji membuat para penumpang yang berada di lantai satu kapal tersebut terjebak.
"Ketika air masih setinggi lutut, saya masih sempat memegangi dengan istri saya. Tetapi air dari arah depan terlihat terus menggulung dan hanya berselang sekitar lima detik, air di dalam kapal sudah setinggi leher," katanya.
"Saya lalu berpegangan di jendela kapal namun tidak lama tangan istri saya terlepas. Saya masih berupaya meraba ke dalam air, tetapi tidak menemukannya lagi sehingga saya mencoba naik hingga akhirnya saya berhasil memegangi kaki salah seorang petugas kapal (ABK) kemudian saya minta tolong agar dinaikkkan ke bagian atas kapal," kenang Lamuji.
Sempat terpikir mencari istrinya ke lantai satu kapal yang sudah tenggelam, namun karena tidak bisa berenang, Lamuji mengaku mengurungkan niatnya tersebut.
"Kalau turun lagi, pasti akan tenggelam sehingga saat itu saya hanya pasrah namun tetap berharap istri saya bisa selamat. Namun, takdir ternyata berkehendak lain dan istri saya ditemukan dalam kondisi meninggal pada Jumat malam (14/9) terjebak di dalam kapal," ungkap Lamuji.
Kejanggalan
Selama perjalanan dari Dermaga Mahakam Ulu Samarinda, Lamuji mengaku sudah merasakan adanya kejanggalan dari kapal yang memiliki fasilitas ruang AC tersebut.
Namun, tidak sedikitpun terbersit dalam benaknya jika kejanggalan tersebut akan menjadi awal petaka yang merengut jiwa puluhan orang, termasuk Sumini, istri yang telah memberinya dua anak.
"Sepanjang perjalanan, kapal itu terasa sangat aneh sebab terus bergoyang sementara arus sungai tidak terlalu deras. Namun, saya tidak menduga jika kejanggalan tersebut menjadi pertanda petaka yang menyebabkan istri saya ikut meninggal," ungkap Lamuji.
Sesaat setelah kapal tenggelam lanjut dia, suasana arus Sungai Mahakam terlihat sangat tenang dan hening.
"Setelah air menggulung masuk ke dalam kapal suasana sangat panit dan banyak penumpang khususnya yang berada di lantai satu histeris dan meminta tolong. Namun, saat seluruh badan kapal tenggelam, suasana tiba-tiba terasa hening," kata Lamuji.
Para penumpang yang berhasil selamat kata dia bertahan di bagian atap kapal kemudian empat orang mencoba mengarahkan ke tepi sungai namum upaya tersebut tidak berhasil.
"Beberapa orang kemudian melemparkan dua potong bambu ke arah kapal yang sudah tenggelam lalu ditarik hingga mendekati tepi sungai. Penumpang yang bertahan diatas kapal kemudian akhirnya berhasil selamat sementara hampir semua penumpang yang berada di lantai satu masih terjebak di dalam," kata Lamuji.
Sarat Barang
Salah satu penyebab tenggelamnya KM Surya Indah kata Lamuji diduga akibat banyaknya muatan barang di kapal tersebut.
"Kalau penumpang lebih 100 orang tetapi saya melihat yang berat adalah barang yang bertumpuk-tumpuk diantara para penumpang sehingga kondisi di dalam kapal sangat sesak," kata Lamuji.
Lamuji melihat tumpukan barang berbentuk dus dan karung berisi berbagai kebutuhan pokok memenuhi hampir seluruh bagian kapal.
"Barang-barang berupa sembako terlihat banyak bertumpuk-tumpuk di hampir seluruh bagian kapal. Jadi, kemungkinan ini menjadi salah satu penyebab tenggelamnya kapal tersebut," kata Lamuji.
Lamuji yang mengaku kembali ke Kutai Barat setelah mudik selama hampir sebulan di Nganjuk, Jawa Timur bersama Sumini, istrinya, untuk berlibur dan bertemu dengan kedua anaknya, naik KM Surya Indah pada Rabu malam (12/9).
Namun, dia mengaku baru dimintai uang Rp100 ribu per orang sebagai ongkos ke Melak, Kutai Barat, setelah beberapa jam perjalanan.
"Kapal berlayar pada Kamis pagi (13/9) sekitar pukul 07.00 Wita dankami baru dimintai uang Rp100 ribu saat melewati Kota Bangun. Jadi, saya dan istri termasuk penumpang lainnya tidak memiliki tiket sebab hanya dimintai uang saja," tutur Lamuji.
KM Surya Indah yang melayani rute pelayaran dari Kota Samarinda menuju pedalaman Kalimantan Timur, yakni di Kabupaten Kutai Barat, tenggelam di Sungai Mahakam pada Kamis (13/9) malam sekitar pukul 23.00 Wita.
KM Surya Indah meninggalkan Dermaga Mahakam Ulu Samarinda pada Kamis pagi sekitar pukul 07.00 Wita dan dijadwalkan tiba di Pelabuhan Melak, Kutai Barat, pada Jumat dinihari (14/9) sekitar pukul 01.00 Wita.
Berdasarkan data manifes, KM Surya Indah meninggalkan Dermaga Mahakam Ulu dengan mengangkut 40 penumpang, 11 kendaraan roda dua dan barang seberat 10 ton.
Kapal berkapasitas 96 penumpang dan kemampuan memuat barang hingga 40 ton tersebut selama pelayaran menuju Pelabuhan Melak juga dapat menaikkan penumpang di sepanjang perjalanan di Sungai Mahakam.
Bertambahnya jumlah penumpang KM Surya Indah itu kata Kepala Dermaga Mahakam Ulu Samarinda, Sukarja juga disebabkan, sebelum tiba di Pelabuhan Melak, Kutai Barat, kapal tersebut singgah di tiga dermaga yakni Dermaga Tenggarong, Dermaga Kota Bangun serta Dermaga Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara.
"Memang, dari Dermaga Mahakam Ulu di Samarida, KM Surya Indah hanya mengangkut 40 penumpang namun sebelum tiba di Pelabuhan Melak kapal itu akan singgah di tiga dermaga yang dilalui sehingga kemungkinan jumlah penumpangnya terus bertambah. Bahkan, dalam pelayaran biasanya banyak juga penumpang yang naik melalui perahu," kata Sukarja. (*)