Balikpapan (ANTARA) - Lomba Gerakan Wanita Matilda (Mandiri Terampil Berdaya) alias GWM sudah memasuki tahapan penjurian. Tim khusus dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) dan Tim Penggerak PKK Kota Balikpapan selaku penggagas GWM sudah mendatangi ke enam kecamatan peserta pada 9, 10, dan 12 Oktober lalu.
GWM adalah lomba menanam cabai dan sayur-sayuran yang para pelakunya, sesuai namanya, adalah para wanita. BI memprakarsai gerakan ini dalam perannya sebagai pengendali inflasi. Cabai, yang menjadi tanaman utama GWM, adalah satu penyebab inflasi di Balikpapan.
“Yang kami nilai itu kondisi kesehatan tanaman dan jumlah panen, terutama untuk komoditas yang dibantu Bank Indonesia penanamannya, yaitu cabai rawit, terong, dan tomat,” kata Penanggung Jawab Program GWM Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan NM Mirnayanti, Rabu.
Bersama Erni Kusdiarsih dari Pokja 3 Tim Penggerak PKK Kota Balikpapan dan Dwi Hadono Sunu dari Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan, Mirna mendatangi kebun-kebun GWM di Kelurahan Prapatan, Sumber Rejo, Karang Rejo, Damai Bahagia, Sepinggan, dan Lamaru.
“Kami juga menilai ketersediaan tanaman pangan dan sayuran lainnya seperti kangkung, sawi, bayam, kacang panjang, juga budidaya ikan lele dalam ember (BUDE),” rinci Mirna. Budidaya ikan lele dalam ember dan menanam kangkung juga bagian yang dipopulerkan BI lewat ibu-ibu di GWM.
Obyek penilaian juga meluas kepada edukasi atau berbagi pengetahuan tentang bercocok tanam di lahan terbatas ala kota (urban farming) dari aktivis GWM kepada masyarakat lainnya.
“Juga dinilai penataan kawasan tempat bercocoktanamnya, kerapiannya, kreativitas, keindahannya,” papar Mirna.
Dari penjurian selama 3 hari tersebut, Mirna mencatat beberapa detail. Pada GWM Damai Bahagia, kegiatan urban farming tersebar pada 3 lokasi lahan warga di RT 13. Di sini ditanam berbagai jenis tanaman seperti cabai, tomat, terong, gambas, sawi daging, dan berbagai jenis sayuran lainnya.
Di GWM Sumber Rejo, kegiatan urban farming disebar pada dua RT yaitu RT 32 dan RT 41. Pada Sabtu, 10 Oktober, penjurian dilakukan terhadap GWM Sepinggan dan GWM Prapatan. Pada GWM Prapatan, di buka 4 lokasi untuk bercocok tanam yang tersebar di beberapa RT.
“Di Prapatan itu kan lahan yang ada sempit. Bahkan rumah pun saling berdempet, jadi lokasi buat tanam-menanam mereka sebar di beberapa RT,” tutur Mirna.
Senin, 12/10, penjurian dilakukan terhadap GWM Lamaru dan GWM Karang Rejo. Dari seluruh GWM, semua aktif melakukan kegiatan pembibitan tanaman sayuran yang dimulai sejak Juni 2020. Beberapa GWM juga memanfaatkan hidroponik sebagai media tanam, terutama di GWM Sumber Rejo dan GWM Damai Bahagia.
Lahan tidur dan pekarangan rumah juga menjadi lahan yang digunakan untuk kegiatan urban farming.
“Kami mengharapkan kegiatan penjurian ini dapat menjadi indikator keberhasilan dan tolak ukur evaluasi kegiatan GWM tahun 2020,” kata Mirna yang juga adalah Manajer Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan.