Balikpapan (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang menjadi penggagas dan memberi pelatihan bagaimana cara berdagang, memberi merek, dan mengemas produk kepada Gerakan Wanita Matilda (GWM), tidak cuma menanam cabai tapi juga menjualnya.
“Sebab ternyata banyak anggota dan penggiat GWM ini yang ingin berwirausaha, dan hasil panen tanaman cabai juga sering berlebih daripada kebutuhan sehar-hari hingga bisa dijual,” kata Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Balikpapan Thomy Andryas, Minggu.
Maka sepanjang Jumat pekan lalu, sebanyak 50 anggota GWM dari 20 kelurahan, kader-kader PKK dari 6 kecamatan Balikpapan, dan perwakilan Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan, mengikuti pelatihan yang digelar secara daring.
Dalam pelatihan itu, para peserta dikenalkan dengan pengepul hasil panen, sehingga jika panen cabai berlimpah dapat diteruskan ke pasar. Berbagai cara berdagang dan bersepakat dagang dengan pengepul hasil panen juga diajarkan.
BI Balikpapan meminta Dody Zulkifly dari Neymar Brand Semarang dan Ade Aribowo dari Tim Merchandising Indomaret Samarinda-Kalimantan Timur untuk berbagi ilmu dengan para anggota GWM.
“Indomaret selalu membuka kesempatan bagi UMKM agar barang atau produknya bisa dijual di toko kami,” kata Aribowo.
Syarat agar bisa dipajang dan dijual di Indomaret, antara lain sudah memiliki izin produksi industri rumah tangga (PIRT) dari Dinas Kesehatan, harga bersaing, kualitas yang baik, dan dikemas dengan pantas.
Ditambahkan oleh Zulkifly, agar produk bisa laku dan bisa bersaing, perlu diberi nama atau merek. Setelah itu dikemas. Pilihan cara mengemas, warna kemasan, desain, juga ikut menentukan.
Menurut Thomy Andryas, banyak harapan BI dengan pelatihan ini. Menumbuhkan jiwa wirausaha dan berani melaksanakan ide-ide usaha, bisa memberi nilai tambah dari produk, termasuk hasil kebun, sehingga bisa dijual dengan harga lebih tinggi, dan akhirnya meningkatkan pendapatan rumah tangga.