Samarinda (ANTARA) -
Hasil survei oleh Bank Indonesia Provinsi KalimantanTimur (BI Kaltim), menunjukkan terdapat 90,10 persen perusahaan mikro kecil dan menengah (UMKM) mengalami penurunan penjualan, akibat keterbatasan aktivitas di tengah pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
"Hasil survei BI Kaltim dan BI Balikpapan kepada 384 UMKM binaan BI di kabupaten/kota, secara umum UMKM sangat terdampak COVID-19 seiring penerapan social distancing," ujar Kepala Kantor BI Perwakilan Provinsi Kaltim Tutuk SH Cahyonodi Samarinda, Kamis.
Dari 834 pelaku UMKM tersebut, 86,20 persen UMKM yang memiliki cicilan, menyebutkan kurang sanggup membayar cicilan selama COVID-19 ini masih berlangsung.
Untuk itu, bantuan langsung dan keringanan pembayaran cicilan serta biaya rutin seperti listrik, air, dan pajak, menjadi kebijakan yang sangat diharapkan oleh para UMKM.
Kemudian terdapat 47,40 persen UMKM melakukan penurunan harga jual, dengan maksud untuk meningkatkan minat pembeli, karena biasanya jumlah pembeli akan bertambah jika produsen menerapkan diskon produk maupun jasa.
Tutuk melanjutkan bahwa kebijakan pemerintah pusat, yakni Perpu Nomor 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi, direspon positif oleh UMKM walau masih banyak yang belum mengetahui kebijakan tersebut.
Dari hasil survei juga diketahui bahwa terdapat 59,60 persen menyebutkan, ketersediaan bahan baku turut mengalami penurunan jika dibandingkan kondisi normal dikarenakan terbatasnya proses distribusi.
Kemudian terdapat 49,20 persen UMKMdi Kaltim yang terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), karena mereka harus melakukan efisiensi di tengah penjualan yang kian menurun.
"Sebagai salah satu solusi, sebagian besar UMKM kemudian mencoba melakukan jual beli menggunakan platform digital dengan skema delivery (pesan antar)," ucap Tutuk.
Sedangkan untuk survei yang pihaknya lakukan terhadap dunia usaha di sektor tersier di kabupaten/kota, lanjutnya, hampir seluruh pelaku usaha mengalami penurunan penjualan di tengah pandemi ini.
"Dari 35 responden, sebagian besar pelaku usaha mengalami penurunan penjualan dan harga jual di tengah pandemi COVID-19. Adapun penurunan paling dalam berasal dari sektor restoran dan perhotelan. Selain itu, beberapa pelaku usaha juga telah melakukan pengurangan tenaga kerja," ujarnya.