Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Produksi udang Kaltim yang diekspor ke sejumlah negara dari tahun ke tahun mengalami peningakatan, terlihat dari 2010, provinsi itu mengekspor sebanyak 20.997.579,79 kilogram (kg) dan pada 2011 naik menjadi 22.467.408,90 kg.
"Dari ekspor udang itu, pada 2010 menghasilkan nilai sebesar 162,259 juta Dolar Amerika (USD), dan pada 2011 nilai ekspornya naik menjadi 172,542 juta USD," tutur Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Timur (Kaltim), Iwan Mulyana, di Samarinda, Senin.
Dilanjutkan, dari data tersebut sehingga terlihat adanya peningkatan produksi dan nilai ekspornya, yakni untuk produksi naik 6,99 persen, sedangkan untuk nilainya naik sebanyak 6,34 persen.
Produksi udang Kaltim didominasi udang beku dengan negara tujuan ekspor antara lain Jepang, Amerika Serikat, Hongkong, Singapura, Malaysia, dan sejumlah negara di Eropa.
Selain udang jenis lobster dan lainnya yang dipasarkan ke sejumlah negara tersebut, jenis lain yang juga diekpor adalah kepiting dan teripang.
Potensi udang terbesar tersebar di sejumlah kawasan pesisir pantai, seperti di Kecamatan Anggana, Samboja, dan Muara Badak yang berada di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Daerah lain yang juga memiliki potensi besar adalah di sejumlah delta di Kota Tarakan, kemudian di Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Paser.
Harga udang windu di empat kabupaten dan kota ini sudah mencapai harga internasional dengan berbagai kelas sesuai ukuran, mutu dan kualitas serta tingkat kesegaran udang yang terjaga.
Selain udang dan kepiting, Kaltim juga megekspor berbagai jenis ikan, namun jumlahnya mengalami penurunan, sedangkan nilai ekspornya meningkat. Misalnya ikan nila di air tawar, kerapu macan dan solu di Keramba Jaring Apung (KJA).
Untuk ekspor ikan pada 2007 sebesar 16.685.262,97 kg, sedangkan pada 2011 turun menjadi 14.632.665,95 kg. Namun untuk nilainya pada 2007 sebesar 141,715 juta USD dan pada 2011 naik menjadi 182,685 juta USD.
Harga ikan kerapu macan dan solu sebesar Rp350.000 sampai Rp400.000 per kilogram, sedangkan untuk ikan nila seharga Rp60.000 per kilogram.
Menurut dia, penurunan produksi ikan di Kaltim lantaran adanya pendangkalan pada keramba dan kerusakan alam, sehingga pembudidayaannya menjadi terhambat dan berkurang.
Setelah dilakukan penelitian, pihaknya kemudian meminta kepada petani ikan agar melakukan perbaikan kolam, sehingga diharapkan di tahun berikutnya Kaltim dapat meningkatkan produksinya dan dapat meningkatkan ekspor.
Dia juga mendorong agar banyak petani yang membudidayakan bibit ikan maupun udang, pasalnya selama ini Kaltim membutuhkan benih ikan antara 3 hingga 4 miliar per tahun. Dari jumlah itu, pembibit lokal hanya mampu memenuhi kurang dari 10 persen. (*)
Produksi Udang Kaltim Meningkat
Senin, 20 Februari 2012 13:38 WIB