Jakarta (ANTARA) - Perayaan Idul Fitri yang menjadi puncak perputaran uang terbesar di Indonesia disebut berpotensi mengalirkan uang hingga Rp9,7 triliun ke daerah tujuan mudik Lebaran 2019.
Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, mengatakan hitungan potensi itu dihitung berdasarkan data jumlah pemudik Lebaran 2019.
Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.
Khusus DKI Jakarta, jumlah pemudik diperkirakan mencapai 7.346.430 jiwa, naik sebesar 4 persen dari jumlah pemudik tahun 2018 sebesar 7.063.875 jiwa atau setara dengan 2.448.810 keluarga.
"Jika setiap rumah tangga kita rata ratakan membawa uang paling minim Rp4 juta, maka uang yang mengalir ke daerah musim lebaran tahun 2019 ini diperkirakan mencapai Rp9,5 triliun," ujar Sarman.
Uang tersebut, lanjut dia, mayoritas akan beredar di Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta dan Jawa Timur serta sebagian di Sumatera (Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Selatan) dan sisanya daerah Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Dana tersebut, belum termasuk remitansi dari TKI Indonesia yang bekerja di luar negeri yang berjumlah hampir 9 juta orang.
"Jika kita membuat perhitungan yang sangat sederhana saja para TKI kita mengirimkan Rp1 juta per orang menjelang Idul Fitri tahun ini maka daerah akan menerima perputaran tambahan sebesar Rp9 triliun, walaupun kecenderungannya dana tersebut tidak akan dibelanjakan semua," imbuhnya.
Sarman menilai kondisi tersebut akan membuat ekonomi daerah bergerak dan bergairah karena perputaran uang yang sangat tinggi sebagai dampak dari uang yang mengalir dari kota Jakarta ke daerah tujuan mudik.
Belanja konsumsi masyarakat itu diharapkan akan mampu memberikan kontribusi dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi triwulan kedua 2019 yang diperkirakan dapat mencapai 5,2 persen, naik dari pertumbuhan ekonomi triwuilan pertama yang hanya mencapai 5,07 persen.
"Momentum perayaan Idul Fitri tahun ini diharapkan akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan kedua karena hampir 60 persen bersumber dari konsumsi masyarakat," katanya.
Sarman menambahkan, konsumsi masyarakat di daerah akan banyak berputar di sektor pariwisata, oleh-oleh khas daerah, aneka produk UKM seperti makanan/kuliner dan kerajinan daerah, batik dan uang saku untuk keluarga yang ditinggalkan.
Masa liburan Idul Fitri tahun ini yang mencapai 11 hari juga dinilai sangat mendukung perputaran uang di daerah karena para pemudik lebih leluasa untuk mengatur jadwal wisata di daerah masing masing dan membelanjakan uang yang dibawa yang bersumber dari gaji, tunjangan hari raya, bonus dan tabungan selama setahun.
"Namun, karena habis Idul Fitri langsung memasuki tahun ajaran baru yang memerlukan biaya masuk sekolah maka terbuka kemungkinan para pemudik agak sedikit 'ngerem' dan selektif dalam membelanjakan uangnya," ungkapnya.