Samarinda (ANTARA) - DPRD Kalimantan Timur prihatin dengan kondisi Anjungan Kaltim yang berada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang terlihat kurang terawat dan sepi dari kunjungan wisatawan.
Anggota DPRD Kaltim Veridiana Huraq Wang kepada pers di Samarinda, Kamis menuturkan semestinya anjungan Kaltim tersebut bisa menjadi refleksi gambaran budaya yang ada di Kalimantan Timur, namun justru keberadaannya tidak terpelihara dengan baik. ditambah dengan fasilitas, peralatan, interior yang jauh dari memadai.
"Idealnya properti yang ada di anjungan disusun dan diletakkan dengan baik, dengan estetika yang baik seperti mebeleir atau ruang khusus untuk memajang properti seperti alat musik, pakaian adat dan lain-lain milik anjungan Kaltim. Ini yang saya lihat sangat kurang, sehingga terkesan menjadi gedung bisu,” kata Veridiana.
Namun demikian ia memahami keterbatasan yang dialami pengelola anjungan, oleh sebab itu diimbau Pemprov Kaltim agar mengubah pola pengelolaan aset anjungan, agar difungsikan dengan baik supaya mendatangkan PAD.
Pengelolaan tersebut menurut Veri sebaiknya diserahkan ke badan khusus dan tersendiri dan tidak lagi berada di bawah Kantor Penghubung Pemprov Kaltim di Jakarta.
“Kuncinya di pengelolaan, jika masih di bawah koordinasi kantor penghubung maka selamanya tidak akan menjadi prioritas dalam hal pembangunan dan penganggaran,” ujarnya.
Selain itu, anjungan Kaltim juga tak memiliki inventarisasi yang lengkap dan tersusun dengan baik. Sehingga jika sewaktu-waktu memerlukan peralatan tertentu seringkali pengelola kebingungan menyediakan.
Ia mencontohkan, seperti pakaian adat Berau atau Kutai misalnya seringkali harus mencari alternatif pihak lain untuk bisa menyediakannya.
"Sampai harus menyewa ke sana kemari, ini sangat miris sekali padahal TMII sudah berdiri puluhan tahun. Namun hal kecil seperti itu masih menjadi kendala,” sebutnya.
Lanjut Veri, sebagai warga asli Kaltim ia juga sangat prihatin karena budaya Kaltim tak dapat ditampilkan dengan maksimal.
Padahal melalui anjungan, Kaltim bisa promosi dan menjual pariwisata dan keunggulan Kaltim lain.
"Di sini daya tarik Kaltim bisa dijual, sementara selama ini kita banyak menyuarakan mendongkrak pariwisata Kaltim. Tapi kenyataannya seperti booth khusus atau informasi jelas untuk wisata laut dan pantai di Kabupaten Berau tidak ada,” katanya.
Ia berkeinginan untuk memperjuangkan pola pengelolaan yang lebih maju sehingga bisa berkembang, berinovasi serta berkreasi setidaknya dapat bersaing dengan anjungan lain yang terkelola dengan optimal.
"Seperti anjungan milik Sumatera, karena selama ini anjungan Kaltim hanya diminati pengunjung sekitar 50 kunjungan saja perharinya karena tidak menarik,” pungkasnya.