Tenggarong (ANTARA News Kaltim) - Menko Kesra Agung Laksono memberikan respons positif terhadap keinginan sejumlah penyelam tradisional yang menawarkan diri untuk membantu evakuasi korban ambruknya Jembatan Kartanegara.
"Sepanjang penyelam tradisional tersebut mau bertanggung jawab sendiri saya kira bisa saja mereka membantu evakuasi korban," ujarnya saat rapat koordinasi di Pendopo Bupati Kutai Kartanegara, Tenggarong, Minggu pagi, yang dihadiri Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Daryatmo, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak, Bupati KUkar Rita Widyasari dan Wakapolda Kaltim Brigadir Jenderal Polisi Rusli Nasution, serta instansi maupun organisasi lainnya terkait penanganan ambruknnya jembatan Kartanegra.
Dikatakannya, hal tersebut mengingat sudah satu minggu proses evakuasi dengan jalan menyelam menemuai kendala, yaitu jarak pandang dalam air nol dan arus yang deras.
Sebelumnya Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak juga menyarankan agar mempertimbangkan menggunakan bantuan penyelam tradisional, pasalnya penyelam tradisional tersebut terbiasa menyelam di sungai mahakam yang keruh dan deras untuk menambang pasir.
"Saya sependapat sependapat dengan gubernur karena mungkin saja mereka (penyelam tradisional.red) memiliki pengalaman dan pengetahuan lebih di dasar mahakam yang tak bisa kita buktikan dengan teknologi," ujar Agung.
Namun Agung juga menekankan bahwa walaupun nantinya dibantu penyelam tradisional, keamanan tetap merupakan hal yang peling diutamakan.
Dalam rapat koordinasi tersebut Menko Kesra Agung Laksono yang datang untuk kedua kalinya sejak jembatan runtuh menekankan tim untuk melakukan percepatan proses evakuasi maupun recovery (pemulihan.red) aktivitas warga, karena sudah satu minggu proses evakuasi belum tuntas.
Agung mengatakan langkah percepatan tersebut yaitu bagimana korban yang masih belum ditemukan bisa segera dievakuasi dengan cara apapun, namun tetap memperhatikan keselamatan tim penyelamat.
"Baik korban manusia maupun kendaraan dan lain-lain juga harus diangkat karena alur sungai ini merupakan jalur vital," katanya.
Selain itu, ujarnya, yang menjadi prioritas lainnya adalah bagaimana agar kegitan ekonomi maupun aktivitas warga yang sebelumnya bergantung dari jembatan, agar bisa berjalan lancar dengan jalur alternatif yang disiapkan salah satunya yaitu dengan kapal feri.
"Yang menjadi perhatian saya bagaimana feri dari pemerintah bisa segera beroperasi dengan aman, sehingga dermaga darurat harus segera dibangun," harapnya.
Karena, menurut Agung, keberadaan feri tersebut sangat membantu warga, berdasarkan laporan bahwa saat ini sebagai alternatif utama Tenggarong-Samarinda harus memutar lewat kecamatan Loa Janan dan Loa Kulu yang cukup memakan waktu.
Agung berharap agar dermaga yang saat ini menjadi salah satu alasan mengapa feri belum bisa beroperasi hingga saat ini, segera diselesaikan.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kukar Otoy Usman menjawab bahwa pihaknya bekerja sama dengan anggota TNI sejak Sabtu (3/12) sore sudah mulai mengerjakan dermaga sementara dikedua sisi sungai mahakam.
Dijelaskan Otoy nantinya dermaga tersebut selain dapat digunakan oleh orang tak berkendaraan, juga bisa untuk kendaraan roda dua maupun roda empat.
"Dermaga sementara ini adalah dermaga ponton, Insyaallah bisa selesai dalam lima hari dan bissa digunakan, sambil menunggu dermaga permanen selesai," terang Otoy.
Saat ini satu unit kapal feri KM Billy sudah ada di perairan Mahakam Tenggarong dengan kapasitas 25 mobil, 100 motor dan 200 orang penumpang. Sedangkan satu kapal feri lainnya yaitu KM Puyu akan tiba dua hari lagi dengan kapsitas yang sama. (*)