Samarinda (ANTARA Kaltim) - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur mulai Senin ini hingga tiga hari ke depan, melakukan pembinaan terhadap petani di Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara agar bisa menggali potensi lokal dan menjualnya.
"Selama empat hari mulai sekarang, petani Anggana mendapat pendampingan untuk membuat rencana bisnis sendiri, memetakan potensi diri, menganalisa potensi kelompok, dan menjual potensi yang ada," ujar Kepala KPw BI Provinsi Kaltim Muhammad Nur di Anggana, Senin.
Selanjutnya, agar setelah pelatihan dan pendampingan ini hasilnya tidak menguap, maka pihaknya menempatkan Pendamping Kluster Padi Organik, yakni Ir Edy Krisnadi untuk membaur bersama masyarakat selama satu bulan untuk konsultasi, mengoreksi, dan mengawal rencana bisnis pertanian yang disepakati selama empat hari pelatihan.
Ia melanjutkan, Workshop Pembangunan Kluster Padi Organik yang dibuka kali ini merupakan rangkaian program pengembangan padi yang telah dilakukan sebelumnya, yakni inisiasi yang dilakukan sejak 2015.
Program ini untuk mendukung upaya pengendalian inflasi, khususnya dari komoditas beras. Sebagai legal formal, maka pada 4 Mei 2015 telah dilakukan penandatangan nota kesepahaman antara Kepala BI Kaltim dan Bupati Kukar Rita Widyasari.
Setelah itu, dalam kurun 2015-2016 telah dilakukan beberapa kegiatan untuk penguatan dan fasilitasi kepada petani binaan, yakni Kelompok Tani Padat Karya di Anggana.
Kegiatan itu antara lain pada Maret 2015 dilakukan seminar kemandirian pangan, pada Mei 2015 dilakukan lima kali kegiatan seperti diskusi pertanian terintegrasi, pelatihan sistem tanam padi haston, penempatan praktisi sistem pertanian organik, dan belajar sistem tanam padi organik di Jawa Tengah.
Pada Juni 2015 ada dua kegiatan, yakni pembuatan demplot dengan empat perlakukan berupa haston organik, haston kimia, tanam SRI organik, dan demplot tanam SRI kimia.
Pada Agustus dilakukan penyediaan rumah pertemuan kelompok tani, pada September dilakukan panen perdana dan tanam bersama, dilanjutkan dengan monitoring dan evaluasi demplot.
Sedangkan pada Maret-November 2016 dilakukan pendampingan tiga periode. Setiap periode, pendampingi tinggal bersama petani di Desa Sidomulyo selama 10 hari sekaligus membina.
"Selama tiga periode itu, hal yang diajarkan antara lain penerapan teknologi budidaya organik, membuat prosedur operasional standar padi organik, teknik dasar pengolahan tanah, pengendalian gulma dan organisme pengganggu, hingga penanganan pasca panen," ujar M Nur. (*)