Samarinda (ANTARA Kaltim) - Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Timur mengingatkan instansi terkait untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya lonjakan harga kebutuhan pokok di daerah setempat dalam beberapa bulan ke depan, agar laju inflasi dapat terus ditekan.
"Meskipun penurunan laju inflasi 2016 terus terjadi, namun perlu tetap mewaspadai beberapa risiko lonjakan harga menjelang Hari Raya Idul Adha sampai akhir tahun," ujar Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur Harry Aginta di Samarinda, Kamis.
Risiko tersebut antara lain karena meluasnya fenomena La Nina dan wacana kenaikan harga rokok, sehingga BI Kaltim bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan terus melakukan pemantauan terhadap pergerakan inflasi secara khusus dan perekonomian secara umum, baik domestik maupun eksternal.
Menurut Harry, beberapa fokus utama yang menjadi perhatian, antara lain memastikan ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi pangan pokok, peningkatan kualitas infrastruktur dan sarana logistik, serta menjaga efektivitas komunikasi dengan masyarakat mengenai informasi harga pangan.
Selain itu, Bank Indonesia secara konsisten melakukan penilaian terkait perkembangan perekonomian dan inflasi Kaltim terkini, guna menuju sasaran inflasi akhir tahun sebesar 4 plus 1 persen (yoy).
Harry melanjutkan, pada Agustus 2016, Kaltim mengalami inflasi sebesar 0,14 persen (mtm) atau 3,62 persen (yoy). Laju inflasi ini mereda ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 0,36 persen (mtm) atau 3,44 persen (yoy).
"Kondisi ini melanjutkan tren penurunan harga pascalebaran. Namun demikian, tingkat inflasi Kaltim masih di atas nasional yang mengalami deflasi 0,02 persen (mtm) atau sebesar 2,79 persen (yoy)," ujarnya.
Dilihat secara tahunan (yoy), lanjutnya, tingkat inflasi Kaltim pada Agustus 2016 sebesar 3,62 persen, jauh lebih rendah ketimbang inflasi bulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 7,78 persen.
Jika dilihat berdasarkan kota pembentuknya, maka Samarinda mengalami inflasi sebesar 0,39 persen (mtm) atau 3,68 persen (yoy).
Inflasi yang terjadi di Samarinda disebabkan oleh kenaikan kelompok bahan makanan seperti ikan layang, daging ayam ras, tongkol, dan bawang merah serta kelompok harga administrasi seperti tarif listrik.
Sebaliknya, Kota Balikpapan mengalami deflasi 0,18 (mtm) atau 3,56 persen (yoy).
Komoditas bahan makanan justru menjadi penyebab deflasi pada Kota Balikpapan, seperti kacang panjang, tongkol, daging ayam ras, buncis, dan semangka.
Secara garis besar, beberapa komoditas bahan makanan yang menjadi pendorong terjadinya inflasi di Kaltim adalah daging ayam ras, ikan layang, sawi hijau, dan bayam seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat karena pengaruh musiman.
"Namun beberapa komoditas bahan makanan lain mengalami penurunan harga sepanjang Agustus, seperti kacang panjang, wortel, pepaya, cabai rawit, dan kelapa," ucap Harry. (*)
BI Kaltim: Waspadai Lonjakan Harga Kebutuhan Pokok
Jumat, 2 September 2016 10:13 WIB