Samarinda, (ANTARA Kaltim) - Kalimantan Timur perlu mewaspadai bonus demografi yang mulai masuk karena jika tidak diimbangi dengan sumber daya manusia yang memadai tidak akan menguntungkan bagi daerah, justru sebaliknya akan menjadi bencana sosial.
"Saat ini Kaltim sudah memasuki bonus demografi, suatu keadaan penduduk yang berusia produktif jauh lebih banyak ketimbang usia anak-anak dan usia lanjut," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Kaltim Sukaryo Teguh Santosa.
Hal itu diuangkapkan Teguh ketika membuka acara Orientasi bagi petugas pencatatan dan pelaporan program KependudukanKeluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) se- Provinsi KalimantanTimur dan Kalimantan Utara, di Samarinda, Senin (25/7).
Ia melanjutkan, apabila bonus demografi ini diimbangi dengan sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing, atau di usia produktif ini mereka bekerja dan mampu menghasilkan pendapatan, tidak banyak anak-anak dan usia lanjut yang dibiayai sehingga masih ada pendapatan yang bisa ditabung.
Sebaliknya, jika bonus demografi ini justru SDM yang ada masih rendah dan banyak pengangguran, tentu kondisi ini bisa menjadi bencana sosial karena jika pengangguran banyak, maka bisa memicu berbagai tindakan kriminal untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Ia memperkirakan bonus demografi yang sudah terjadi di Kaltim saat ini akan mulai berkurang pada kisaran tahun 2035, karena di tahun tersebut para penduduk yang kini berusia produktif memasuki masa tua di atas usia 60 tahun yang tidak bisa bekerja maksmal lagi.
Usia produktif itu kisaran 15-60 tahun. Di usia seperti ini tentu masih semangat bekerja jika memang memiliki lapangan kerja maupun mampu menciptakan lapangan kerja sendiri. Hal ini tentu harus didukung dengan SDM yang cukup mapupun keterampilan yang tepat untuk pekerjaan yang sesuai.
"Jumlah penduduk Kaltim yang sekarang sekitar 4.000.000 jiwa, jika dihitung dengan luas wilayahnya yang melebihi luas Pulau Jawa, tentu jumlah penduduk ini tidak terlampau banyak. Kaltim boleh menambah penduduk, tapi ingat, penambahan penduduk harus diimbangi dengan SDM andal supaya tidak menimbulkan masalah," ucap Teguh.
Untuk menjadikan bonus demografi sebagai berkah, bukan sebagai petaka, lanjutnya, hal itu menjadi tugas semua pihak, termasuk tugas BKKBN yang berfungsi mengendalikan pertumbuhan penduduk.
"Tujuan KB ada dua hal penting, yakni secara demografis dan filosifis. Demografis dalam kaitan pengendalian kelahiran, sedangkan filosofis berkaitan dengan pelembagaan dan membudayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)," ujar Teguh lagi. *