Samarinda (ANTARA Kaltim) - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur kembali mengingatkan kepada perbankan, agar berhati-hati ketika akan mengucurkan kredit untuk pertambangan dan penggalian karena tingkat kemacetannya cukup tinggi.
"Harus waspada karena sekarang tingkat Non-Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah sektor pertambangan dan penggalian di Provinsi Kaltim berdasarkan catatan kami sudah lebih dari 20 persen," ujar Deputi Kepala Bank Indonesia Kpw Provinsi Kaltim Harry Aginta di Samarinda, Jumat.
Angka NPL yang cukup besar tersebut dihitung berdasarkan kredit bermasalah pada proyek-proyek yang dilaksanakan di Provinsi Kaltim dan Provinsi Kalimantan Utara, bukan berdasarkan pada perhitungan lokasi bank pemberi kredit, karena bank pemberi kredit bisa saja berasal dari dalam dan luar Kaltim maupun Kaltara.
Pihaknya sengaja memilih menghitung berdasar lokasi kerja tambang dan penggalian, hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran riil mengenai pergerakan ekonomi sektor pertambangan baik yang terjadi di Kaltim maupun Kaltara.
Ia melanjutkan NPL yang cukup tinggi di sektor tambang tersebut merupakan imbas dari ekonomi Kaltim yang sedang turun akibat kinerja tambang yang memburuk, sehingga kondisi ini mengharuskan perbankan lebih hati-hati untuk mengucurkan kreditnya di sektor-sektor yang berisiko kredit bermasalah sangat tinggi.
Dilanjutkan NPL yang tinggi di sektor tambang juga diikuti oleh sektor-sektor pendukungnya, seperti transportasi, kontruksi dan properti.
Ditambah lagi dengan kondisi keuangan Kaltim pada triwulan I 2016 pertumbuhan kredit bergerak 0,3 persen (yoy) dengan tingkat NPL sebesar 5,0 persen.
Adanya NPL Kaltim yang terus naik ini dapat menyebabkan suplai kredit akan turun dan melemah, sehingga kondisi ini akan menyebabkan investasi lemah yang pada akhirnya akan berdampak pula pada PDRB Kaltim bisa ikut melemah.
"Kami harapkan seluruh pihak baik pemerintah daerah dan Bank Indonesia agar segera memutus rangkaian siklus tersebut. Apabila tidak segera diputus, hal ini berbahaya," katanya.
Namun demikian ia tetap optimis karena di tengah kontraksi ekonomi yang terjadi, namun untuk ekonomi tersier di Kaltim masih tumbuh lebih baik ketimbang triwulan sebelumnya.
Kondisi ini terkonfirmasi dari hasil analisis kredit potensial Kaltim yang didominasi oleh sektor ekonomi tersier.
Seperti kredit pertanian, adminitrasi pemerintah, akomodasi, perdagangan, jasa perorangan, industri dan jasa pendidikan yang merupakan kredit potensial dengan tingkat pertumbuhan positif diikuti risiko kredit rendah. (*)