Samarinda (ANTARA Kaltim) - Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam Provinsi Kalimantan Timur mengirim spesimen atau beberapa bagian dari tubuh lumba-lumba hidung botol yang ditemukan mati di perairan Balikpapan, ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI.
"Walaupun kami belum mendapat informasi secara formal, tetapi Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Balikpapan, telah mengambil langkah dengan mengirimkan spesimen lumba-lumba yang ditemukan mati itu ke LIPI," ujar Kepala BKSDA Kaltim, Sunandar, dihubungi di Samarinda, Kamis.
Pengiriman spesimen tersebut, kata Sunandar, untuk mengetahui matinya lumba-lumba dengan panjang sekitar 180 sentimeter dan berat 60 kilogram tersebut.
"Walaupun secara kasat mata tidak ditemukan adanya luka tetapi perlu dicermati dan dicari penyebab matinya karena apa. Spesimen itu dikirim ke LIPI karena memiliki ahli tentang hal itu," katanya.
Ia membantah dugaan kemungkinan matinya lumba-lumba tersebut akibat kawasan perairan Balikpapan tercemar.
"Jika akibat pencemaran atau keracunan, bukan hanya lumba-luma yang mati tetapi banyak spesies lain yang tentunya juga akan mati. Namun, kami belum bisa memastikan penyebabnya secara pasti sebab masih dilakukan pemeriksaan spesimen," tuturnya.
"Pemeriksaan spesimen itu membutuhkan waktu yang cukup lama yakni minimal dua minggu. Jika sudah selsai, hasilnya nanti akan kami sampaikan," kata Sunandar.
Lumba-lumba hidung botol ditemukan dalam kondisi mati di perairan Balikpapan pada Rabu pagi (27/4).
Lumba-lumba tersebut ditemukan di dekat Pelabuhan "speedboat" Semayang sekitar pukul 07.15 Wita.
Sebelumnya, yakni pada Sabtu (26/3) juga ditemukan lumba-lumba hidung botol berkelamin jantan dalam kondisi mati di dalam paritt, tidak jauh dari pemukiman warga. (*)