Samarinda (ANTARA Kaltim) - Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Timur Zairin Zain mengatakan Bandara Maratua di Kabupaten Berau yang diresmikan Mendagri Tjahjo Kumolo pada 2015 juga berfungsi untuk pertahanan dan wisata.
"Alasan dibangunnya Bandara Maratua antara lain untuk menuntaskan transportasi di kawasan pinggiran, termasuk untuk memudahkan penempatan logistik angkatan perang TNI demi menjaga pulau terluar," ujarnya di Samarinda, Sabtu.
Alasan lainnya adalah untuk pengembangan pariwisata karena Pulau Maratua masuk sebagai destinasi wisata untuk melayani pulau-pulau terdekat yang menjadi objek wisata bahari.
Sejumlah pulau yang terdekat dengan Maratua itu antara lain Pulau Derawan, Sangalaki, Kakaban, Kanjungan Besar, Kanjungan Kecil, Bali Kukup, Semama, dan Pulau Panjang.
Bandara Maratua memiliki landasan pacu sepanjang 1.200 meter yang dibangun di Kampung Payung-Payung, Kecamatan Maratua. Pulau ini masuk dalam jejeran pulau terluar di Provinsi Kaltim.
Saat peresmian Bandara Maratua 10 September 2015, untuk pertama kalinya bandara ini didarati helikopter jenis Bell 412 milik TNI AU. 20 menit kemudian disusul heli 206 Jet Ranger. Sekitar 30 menit kemudian, pesawat berkapasitas 12 kursi jenis C208 Grand Caravan milik Susi Air.
Menurut Zairin, Pulau Maratua merupakan salah satu dari jajaran kepulauan Derawan yang beralam eksotik karena memiliki keindahan tersendiri, seperti pemandangan bawah laut, pantai pasir putih, dan keindahan alamnya.
"Maratua juga salah satu pulau terluar Indonesia di Provinsi Kaltim, makanya perlu adanya bandara sehingga keberadaannya selain untuk menjaga keutuhan NKRI, juga untuk mendukung Visit Indonsia Year," ucapnya.
Selama ini, Kepulauan Derawan selalu ramai dikunjungi wisatawan baik nusantara maupun mancanegara. Namun banyak wisatawan yang mengeluhkan lamanya perjalanan ke Pulau Derawan maupun Maratua, karena satu-satunya cara adalah harus menggunakan speed boat atau long boat.
Dari Tanjung Redeb, Ibu Kota Kabupaten Berau, jika ingin menikmati keindahan alam di Maratua, maka pengunjung harus menempuh perjalanan selama tiga jam dengan jalur laut.
Kondisi ini tentu tidak efektif dan terkadang ada speed boat otoris yang tidak berani ke Maratua jika gelombang sedang tinggi.
Kini setelah adanya bandara, maka pengunjung tidak harus menggunakan jalur laut untuk sampai ke Maratua, namun pengunjung bisa memanfaatkan jalur udara agar lebih cepat sampai. (*)