Berau (ANTARA Kaltim) - Senja itu, di Bandara Maratu, Kabupaten Berau, 9 September 2015, sejumlah staf Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Timur masih menuntaskan beberapa tugas, di antaranya memasang baleho dan membenahi posisi prasasti yang akan ditandatanganivgubernur setempat.
Itu adalah prasasti yang bertuliskan peresmian Bandar Udara (Bandara) Maratua. Sebuah bandara di pulau terluar yang berbatasan laut dengan Filipina dan Malaysia.
Semua persiapan harus sudah selesai hari itu juga karena pada 10 September pagi, acara peresmian Bandara Maratua rencananya dilakukan oleh Gubernur Kaltim.
Sebenarnya, persiapan yang dilakukan di lokasi peresmian dalam areal Bandara Maratua sudah berlangsung sejak sehari sebelumnya, tetapi karena banyak yang harus dikerjakan, maka persiapannya tidak bisa dilakukan dengan cepat, namun harus bertahap dan terinci.
Namun di hari peresmian itu, tahapan acara berubah karena Bandara Maratua yang sebelumnya akan diresmikan oleh Gubernur Kaltim, berubah diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahyo Kumolo.
Ada beberapa alasan mengapa peresmian bandara mendadak dilakukan oleh Mendagri, di antaranya karena Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak gagal terbang ke Bandara Maratua karena asap tebal.
Selain itu, pesawat yang akan ditumpangi gubernur berbadan lebar, sehingga pesawat tidak bisa mendarat di Bandara Maratua yang hanya memiliki landasan pacu sepanjang 1.200 meter.
Namun, Mendagri bisa sampai ke Maratua karena sebelumnya telah menumpang helikopter sehingga tidak begitu terganggu dengan banyaknya asap akibat kebakaran lahan di sejumlah lokasi, meskipun kedatangannya agak terlambat dari jadwal seharusnya.
Helikopter yang ditumpangi Mendagri merupakan armada udara pertama yang mendarat di Bandara Maratua. Sekitar 20 menit kemudian, disusul helikopter yang ditumpangi Kepala Dinas Perhubungan Kaltim Zairin.
Akibat adanya ganguan teknis tersebut, acara yang berdasarkan jadwal dilakukan pukul 09.00 Wita, harus diundur hingga sekitar pukul 12.00 Wita.
Dalam kesempatan berpidato sebelum meresmikan bandara itu, Mendagri mengatakan keberadaan Bandara Maratua akan mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan Nusantara maupun mancanegara.
"Bandara Maratua ini saya yang meresmikan, tetapi untuk penandatanganannya, ke depan akan dilakukan Pak Presiden langsung pada kesempatan yang lain, itu bukan masalah karena yang terpenting adalah bandara ini dapat diresmikan dan dioperasionalkan," ujar menteri di Maratua, 10 September 2015.
Pulau Maratua merupakan salah satu dari jajaran kepulauan Derawan yang beralam eksotik karena memiliki keindahan tersendiri, seperti pemandangan bawah laut, pantai pasir putih, dan keindahan alamnya.
Maratua juga termasuk salah satu pulau terluar Indonesia yang berada di Provinsi Kaltim.
Berdasarkan sejumlah alasan tersebut, kemudian perlu dibangunnya bandara sehingga keberadaannya selain untuk menjaga keutuhan NKRI, juga untuk mendukung "Visit Indonesia Year".
Selama ini, kepulauan Derawan selalu ramai dikunjungi wisatawan baik Nusantara maupun mancanegara, namun banyak wisatawan yang mengeluhkan lamanya perjalanan untuk sampai ke Pulau Derawan maupun Maratua, karena satu-satunya cara adalah menggunakan "speed boat" atau "long boat".
Dari Tanjung Redeb, Ibu Kota Kabupaten Berau, jika ingin menikmati keindahan alam di Maratua, maka pengunjung harus menempuh perjalanan selama tiga jam.
Kondisi ini tentu tidak efektif dan terkadang ada motoris yang tidak berani ke Maratua jika gelombang sedang tinggi.
Untuk memangkas waktu tempuh, kemudian Pemprov Kaltim bersama Pemkab Berau berinsiatif membangun bandara yang kini dinamakan Bandara Maratua tersebut.
Setelah beroperasinya Bandara Maratua, maka dari Samarinda, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur, wisatawan bisa langsung sampai di Maratua dengan menumpang peswat jenis ATR maupun Hercules sehingga waktu tempuhnya hanya sekitar satu jam dari Samarinda.
Dari Tanjung Redeb maupun dari Tarakan, wisatawan juga bisa terbang dengan ATR langsung ke Maratua tanpa harus menempuh jalur laut yang membutuhkan waktu hingga berjam-jam.
Bandara Maratua mulai dirancang pada 2008 dan mulai dibangun pada 2011 dengan pola anggaran "keroyokan" agar lebih ringan dalam pembiayaannya, yakni keroyokan dari dana APBN, APBD Kaltim, dan APBD Berau.
Sejak 2011 hingga diresmikan pada 10 September 2015, bandara tersebut mendapat dukungan dana dari pemerintah pusat sekitar Rp17,26 miliar, dari Pemprov Kaltim Rp65 miliar, dan dari Pemkab Berau Rp10,1 miliar termasuk untuk pembebasan lahan.
Dana dari APBN dan dari APBD total yang nilainya sekitar Rp92,36 miliar tersebut digunakan untuk membangun apron dan landasan pacu yang kini sudah mencapai 1.200 meter dari target semunya sepanjang 1.500 meter.
Dana untuk pembangunan apron dan landasan pacu sebesar itu sangat murah. Hal ini terjadi lantaran kawasannya terbentuk dari batu karang, sehingga permukaannya sudah keras.
Untuk terminal penumpang bandara yang saat ini digunakan, sementara waktu memakai bangunan lama bekas Balai Pertemuan Kampung Payung-Payung.
Namun, dalam beberapa pekan ke depan, Pemkab Berau akan memulai membangun terminal penumpang agar lebih representatif.
Pertahanan dan Kepariwisataan
Peresmian Bandara Maratua di Kecamatan Maratua itu bersamaan dengan HUT Kabupaten Berau dan peresmian 15 proyek lain yang telah selesai dibangun di Kabupaten Berau, seperti tuntasnya Dermaga Semurut, peningkatan jalan luar kota di Kecamatan Gunung Tabur.
Selain itu, turap Gunung Tabur dan Sambaliung, instalasi pengelolaan air di Kecamatan Segah, Biatan, dan Maratua, Akademi Komunitas Berau, SMK Perikanan Tanjung Batu, Rumah Sakit Pratama di Talisayan.
Berikutnya, pembangunan Puskesmas Suaran di Kecamatan Sambaliung, Gedung Perpustakaan Berau, Kantor Dinas Tenaga Kerja, Kantor Arsip Berau, pembangunan PLTU 2x10 MW milik PT Supra Bara Energi di Teluk Bayur.
Oleh karena, peresmian juga dilakukan untuk PLTU 2x10 MW milik PT Tunggal Mandiri di Gunung Tabur, pembangunan PLTU 2x3 MW milik PT Usaha Bangun Bersama di Gunung Tabur, dan pembangunan PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) di Kecamatan Maratua, Segah, dan Kecamatan Talisayan.
Dalam kesempatan itu, dilakukan pencanangan pembangunan empat proyek yang juga di Kabupaten Berau, yakni pembangunan Terminal Penumpang Bandara Maratua, PLTU Lati Unit IV Gunung Tabur, pembangunan jalan Gurimbang-Sukan di Sambaliung, dan pembangunan SMA Unggulan di Sambaliung.
Dalam kesempatan peresmian itu, Sekprov Kaltim Rusmadi mewakili Gubernur Kaltim mengatakan, Kabupaten Berau dibentuk berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 1959 bersamaan dengan terbentuknya Kabupaten Pasir, Kabupaten Kutai, Kabupaten Bulungan, Kota Samarinda dan Kota Balikpapan.
Sementara itu, Tanjung Redeb ditetapkan sebagai Ibu Kota untuk mengenang pemerintahan Kesultanan Berau. Pada tahun 1810, Sultan Alimuddin atau yang dikenal dengan Raja Alam memindahkan pusat pemerintahannya di Sambaliung ke Kampung Gayam.
Pemindahan pusat pemerintahan dilakukan pada tanggal 15 September 1810, kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kota Tanjung Redeb yang juga Ibu Kota Kabupaten Berau.
"Saya bersyukur karena hingga kini, Kabupaten Berau sudah sangat berubah dan semakin berkembang. Antara lain ditandai dengan membaiknya infrastruktur, meningkatnya sumberdaya manusia , dan tercapainya pembangunan di berbagai bidang yang hasilnya sudah dirasakan masyarakat," ujarnya.
Menurutnya, visi dan misi Kaltim Maju 2018 sudah sejalan dengah arah pembangunan Kabupaten Berau. Seperti pembangunan apron dan landasan pacu Bandara Maratua yang dilanjutkan pembangunan gedung terminal.
Gedung terminal dinilainya sangat penting untuk melengkapi infrastruktur bandara. Bahkan Berau juga telah membangun dermaga, jalan di dalam dan luar kota, penyediaan air bersih, listrik dan lainnya.
Bandara Maratua selain untuk pertahanan negara karena pulau ini merupakan pulau terluar di Kaltim, keberadaannya juga penting sebagai penunjang kepariwisataan, khususnya wisata bahari di Pulau Derawan, Maratua, Sangalaki dan Kakaban yang juga merupakan daerah tujuan wisata utama di Kaltim.
Dalam kesempatan itu, gubernur juga memberi apresiasi kepada perusahaan yang peduli mendirikan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), karena langkah ini dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar masyarakat seperti penyediaan listrik, baik untuk penerangan maupun kebutuhan industri.
Menurut gubernur, upaya Pemkab Berau patut dicontoh karena telah memberikan bukti nyata. Daerah mampu mengelola sendiri keperluan listriknya dengan menggandeng swasta dengan memanfaatkan potensi yang ada, yakni tersedianya potensi batubara sebagai bahan pembangkit tenaga listrik.
Keberadaan PLTU diharapkan didukung semua pihak, sehingga tidak ada lagi keluhan masyarakat yang menyatakan, mengapa Kaltim yang memiliki banyak batu bara justru hanya dijual ke luar negeri, mengapa tidak untuk keperluan daerah sendiri.
"Pembangunan di Berau ini bagus. Jangan sampai kita terlambat membangun PLTU, ketika mau membangun justru batu baranya habis. Ke depan berbagai alternatif energi terus diupayakan, termasuk pengembangan energi listrik bersumber dari sinar matahari dan lainnya," ucap Rusmadi.
Pemerintah Provinsi Kaltim, lanjut dia, juga sangat mendukung Pemkab Berau dalam meningkatkan SDM, seperti dengan membangun Komunitas Berau (Minning dan Smelter Technopark), SMK Perikanan Tanjung Batu, dan SMA Unggulan di Talisayan.
Pembangunan infrastruktur SDM penting untuk mempersiapkan tenaga-tenaga terampil, demi pengembangan industri down stream sumberdaya mineral dan smelter yang akan banyak dibangun di Kaltim.
Upaya itu juga untuk membentuk SDM berkualitas dalam pengelolaan kekayaan laut dan penguatan maritim, termasuk untuk menciptakan SDM unggul guna meningkatkan daya saing bagi Berau dalam menghadapi tantangan global.
Sedangkan di bidang kesehatan juga tidak kalah penting, seperti dibangunnya Rumah Sakit Pratama di Kecamatan Sambaliung. Rumah Sakit ini merupakan satu dari tujuh Rumah Sakit Pratama di Kaltim dan Kaltara yang akan dibangun.
Enam rumah sakit lainnya berada di Kecamatan Sangkulirang, Kuta Timur, Kecamatan Batu Engau, Paser, di Kutai Barat, dan di Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahakam Ulu.
Sementara itu, Rumah Sakit Pratama di Kaltara dibangun di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, kemudian dibangun di Kecamatan Long Apung, Kabupaten Malinau.
Dengan membaiknya sarana perhubungan di Berau, maka sektor kepariwistaan dan bidang pembangunan lain juga akan semakin meningkat, sekaligus memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. (*)
Senja di Bandara Perbatasan Negara
Minggu, 13 September 2015 18:59 WIB