Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Para suporter Persiba Balikpapan yang tergabung dalam "Balikpapan suporter fanatik" (Balistik) berharap kompetisi segera digulirkan kembali.
"Apa pun masalahnya, segeralah diakhiri sehingga sepakbola bisa kembali normal dan kompetisi digulirkan lagi," kata ketua Balikpapan Suporter Fanatik (Balistik), Suwanto di Balikpapan, Kamis.
Menurut Suwanto, menyaksikan pertandingan Persiba di kandang adalah hiburan tersendiri bagi warga Kota Minyak. Meski prestasi Persiba tidak terlalu menonjol, kebanggaan memiliki tim di Liga Super Indonesia tetap ada.
"Coba berapa kota yang punya tim di Liga super, tidak banyak. Apalagi Persiba merintis dari bawah, mulai dari Divisi I sejak Liga Indonesia bergulir," katanya.
Persiba sendiri punya sejarah panjang sejak tahun 1950. Di bawah kepelatihan Ronny Pattinasarani di tahun 1980-an, Persiba menembus kancah tertinggi sepakbola Indonesia dengan bermain di Divisi Utama Perserikatan sebagai klub semiprofesional. Persiba juga menyumbang pemain ke tim nasional, seperti mendiang Junaidi yang bermain di PSSI Garuda.
PT Liga Indonesia yang menjalankan kompetisi Liga Super Indonesia atau ISL, Divisi Utama, dan Liga Nusantara, menghentikan seluruh kompetisi itu dengan alasan force majeure, atau keadaan memaksa yang tidak bisa dihindari.
Keadaan force majeure terjadi sebab PSSI yang menjadi induk kegiatan sepakbola Indonesia dibekukan oleh pemerintah, yaitu Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan kepengurusannya tidak diakui. Dengan demikian seluruh kegiatan PSSI, terutama kompetisi, hingga pemusatan latihan nasional untuk sejumlah event, juga tidak diakui.
Terutama juga karena PSSI adalah penyedia wasit melalui Komisi Wasit untuk setiap pertandingan resmi Liga, dan menyediakan Komisi Disiplin untuk menegakkan aturan kompetisi dan menjaga sportivitas, dan memiliki Komisi Banding untuk pemain atau klub yang merasa belum mendapat keadilan dari hukuman yang dijatuhkan oleh Komisi Disiplin.
Meski demikian, kompetisi yang dijalankan beberapa lama ini kemudian diketahui umum dipenuhi oleh praktik pengaturan skor untuk perjudian atau alasan lain, penyuapan pemain, hingga bermain untuk kalah atau menyingkirkan tim lain seperti yang ditampilkan PSS Sleman versus PSIS Semarang, dimana kedua tim malah membuat gol bunuh diri ke gawang masing-masing untuk kalah.
Belum lagi prestasi Timnas yang terus merosok. Garuda kalah hingga 0-4 dari Filipina yang sebelumnya belum pernah menang lawan Indonesia, atau malah dipencundangi Brunei Darussalam yang biasanya digunduli, hingga menang susah payah atas tim seperti Timor Leste.
Sebab itulah akhirnya kepengurusan PSSI dibekukan oleh Menpora.
"Kami memahami sebab-sebabnya. Yang kami minta hanyalah agar kisruh ini cepat diakhiri dan kompetis bisa dimulai lagi," kata Suwanto.(*)