Balikpapan (ANTARA) - Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud mengusulkan agar bahan bakar jenis Pertamax bisa segera diproduksi langsung di Kilang Balikpapan, hal itu sebagai langkah antisipatif agar di daerah itu tak lagi bergantung pasokan dari luar daerah yang kerap terkendala distribusi.
“Saya sudah sampaikan langsung ke Direksi Pertamina di pusat, supaya ke depan Pertamax bisa diproduksi langsung di kilang kita. Kalau sudah produksi lokal, distribusinya pasti lebih lancar dan tidak lagi terjadi kelangkaan,” kata Rahmad, di Balikpapan, Rabu (21/5)
Ia menegaskan, usulan tersebut muncul di tengah upaya mengatasi dampak antrean panjang BBM jenis Pertamax dan Pertamax Turbo yang terjadi beberapa hari terakhir. Dalam situasi itu, distribusi Pertamax dari luar daerah sempat terhambat dan berdampak ke stok di Balikpapan.
Menurutnya, kilang Pertamina Balikpapan yang saat ini sedang dalam tahap akhir pengembangan, memiliki potensi untuk memproduksi bahan bakar berkualitas seperti Pertamax.
Ia menilai, apabila usulan tersebut bisa terealisasi, maka ketahanan energi di Balikpapan akan jauh lebih kuat, serta menjadi langkah pengamanan distribusi dengan harapan kejadian kelangkaan BBM tak terulang.
“Dengan produksi di dalam kota, kita bisa mengontrol distribusi lebih baik. Warga tidak lagi khawatir soal antrean atau keterlambatan,” ujarnya.
Langkah ini juga akan mendukung kelancaran distribusi ke wilayah-wilayah sekitar Kalimantan Timur, mengingat posisi Balikpapan sebagai pusat logistik energi.
Rahmad menegaskan tak hanya mengusulkan soal produksi lokal, pihaknya bersama Pertamina Patra Niaga terus memastikan pemulihan pelayanan BBM di SPBU berjalan baik.
"Kami juga melakukan peninjauan langsung di sejumlah titik SPBU untuk melihat kondisi terkini di lapangan setelah terjadinya antrian panjang di SPBU untuk mendapatkan BBM. Alhamdulillah, malam ini keliling ke beberapa SPBU. Antrian sudah tidak terlihat. Ini menunjukkan pemulihan distribusi BBM mulai berjalan sesuai yang dijanjikan," ujarnya.
Ia juga memastikan bahwa layanan SPBU 24 jam tetap dijalankan, sesuai dengan hasil kesepakatan Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara DPRD, Pemkot, dan Pertamina.
“SPBU yang masuk dalam kesepakatan RDP wajib buka 24 jam. Ini langkah darurat untuk meredam antrian, terutama saat kebutuhan melonjak,” kata Rahmad.
Di sisi lain, Pemerintah Kota juga bersiap untuk turun tangan jika ke depan distribusi BBM terganggu lagi. Salah satunya dengan membuka opsi penyaluran melalui Perusahaan Daerah (Perusda).
“Kalau ke depan Pertamina tidak mampu menyalurkan, kami siap ambil alih lewat Perusda dengan armada standar. Tapi kami percaya Pertamina bisa,” tegasnya.
Rahmad kembali mengingatkan warga untuk tidak melakukan praktik pengetapan BBM. Warga yang ingin berjualan BBM bisa mengambil jalur resmi lewat program PertaShop atau SPBU Compact.
Sementara itu , Executive General Manager Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, Alexander Susilo, menjamin ketersediaan pasokan BBM untuk Kota Balikpapan aman.
Menurutnya, saat ini Pertamina memiliki cadangan stok yang cukup untuk kebutuhan masyarakat hingga dua minggu ke depan.
“Stok kami dalam kondisi sangat aman. Saat ini, tersedia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga 12 sampai 15 hari ke depan. Kami pastikan pasokan akan terus datang secara berkala,” ucapnya
Alexander menjelaskan, dalam beberapa hari terakhir, pihaknya telah menerima kiriman sebanyak 8.000 kiloliter BBM, dan empat hari mendatang akan ada tambahan pasokan masuk untuk memperkuat stok.
“Kami mohon maaf atas situasi beberapa hari terakhir. Kami memahami keresahan masyarakat. Tapi kini kami pastikan distribusi kembali berjalan lancar. Dalam empat hari ke depan, pasokan tambahan juga akan datang,” jelasnya.
Alexander juga menegaskan, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah Kota dan instansi terkait untuk menjaga kestabilan distribusi energi di Balikpapan.
"Dengan kondisi yang telah membaik ini, masyarakat diimbau untuk tidak melakukan panic buying dan tetap membeli BBM sesuai kebutuhan," ujarnya.