Universitas Indonesia (UI) menyampaikan risalah kebijakan kepada Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) sebagai penunjang pembangunan Kota Nusantara, ibu kota baru Indonesia, pada sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim).
"Peneliti UI keluarkan 30 risalah kebijakan, diserahkan kepada OIKN," jelas Sekretaris UI Agustin Kusumayati usai kegiatan penyerahan risalah kebijakan kepada OIKN itu di Sepaku, Penajam Paser Utara, Kamis.
Risalah kebijakan untuk menunjang pembangunan ibu kota baru itu, lanjut dia, merupakan wujud partisipasi dan kontribusi UI memberikan pemikiran untuk Kota Nusantara pada masa datang.
Risalah kebijakan (policy brief) diharapkan Indonesia bisa mengembangkan ibu kota negara seperti yang dicita-citakan, dengan memitigasi semua kemungkinan seperti efek samping dari sebuah pembangunan.
"Kami harap risalah kebijakan bisa bantu penderita bangun ibu kota dengan segala permasalahan, tapi dapat kendalikan dan motivasi dampak buruknya," kata Agustin Kusumayati.
Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UI Nurtami menambahkan 30 risalah kebijakan yang diserahkan kepada OIKN tersebut dikembangkan secara komprehensif melibatkan para akademisi dari berbagai bidang ilmu.
Bidang yang diangkat dalam risalah kebijakan tersebut, kata dia, terkait energi, pangan, transportasi, sosial humaniora, kesejahteraan, konservasi lingkungan, serta teknologi dan informatika.
"Yang paling mendominasi adalah sosial humaniora, UI juga lakukan kolaborasi atau bermitra dengan kementerian atau lembaga pemerintah," ujar Nurtami.
"Kajian ilmiah yang terangkum dalam risalah kebijakan itu akan memperkaya perencanaan pembangunan Kota Nusantara dalam lima tahap hingga 2045," tambah Deputi Bidang Transformasi Hijau dan Digital OIKN Ali Berawi.
Permasalahan membangun Kota Nusantara sebagai ibu kota baru Indonesia membutuhkan penanganan secara holistik, sehingga kajian bersifat multi disiplin ilmu sangat penting dan bermanfaat.
Langkah selanjutnya kerja sama OIKN dengan UI bakal melakukan kolaborasi dengan berbagai universitas atau perguruan tinggi lainnya, demikian Ali Berawi.