Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Kiai Haji Anwar Iskandar meminta para politikus tidak mempolitisasi agama, bahkan candaan agama, dalam kontestasi seperti pemilihan umum.
"Suatu kalimat yang disunnahkan oleh syariat untuk dibunyikan setelah orang membaca waladdhollin (surat Al Fatihah), atau ketika orang berdoa. Itu hukumnya sunnah, aslinya seperti itu," katanya dalam keterangan video di Jakarta, Kamis.
Pernyataan Anwar itu merujuk pada bercandaan Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan tentang soal perubahan di masyarakat saat shalat, yakni tidak mengucapkan “amin” setelah membaca Surat Al-Fatihah dan mengacungkan dua jari ketika tahiyatul akhir.
Anwar menjelaskan, "Kata amin di penghujung Surat Al Fatihah ketika shalat, artinya mudah-mudahan Allah mengijabah permintaan saya, orang tua saya, dan guru-guru saya."
Pengasuh Ponpes Al-Amien Kediri itu menyatakan bacaan amin di penghujung surat Al Fatihah sudah ada sejak dahulu.
"Itu sudah ada sejak partai-partai itu belum ada, sudah ada sejak Indonesia belum ada, sudah ada sejak dahulu kala, dan akan selalu ada sampai kiamat," ungkapnya.
Baca juga: PAN tegaskan kooperatif dengan Bawaslu terkait Gibran bagi susu di CFD
Anwar mengatakan hal biasa ketika para jamaah mengikuti shalat tidak menyebut kata amin di penghujung bacaan Al Fatihah.
"Jadi, itu biasa saja, tidak ada urusannya sama Anies-Muhaimin. Tidak mengucapkan, tidak berarti shalatnya tidak sah, nggak ada urusannya sama politik," katanya.
Dalam konteks pemilihan presiden, Anwar mengatakan ada calon presiden dan wakil presiden bernama Anies dan Muhaimin dan untuk memudahkan kemudian disingkat jadi AMIN, artinya Anies dan Muhaimin. Tapi, dua kata itu tidak sama, karena kata pertama bernuansa agama murni, kata lain bernuansa politik Pilpres 2024.
Anwar meminta masyarakat juga tidak melebih-lebihkan dan membuat polemik lebih panjang, terkait apa yang disampaikan Ketum PAN Zulkifli Hasan soal bacaan Amin dan jari saat tahiyat. Sebab, itu hanya bercandaan.
"Nah, kemudian akhir-akhir ini pak Kiai Abdul Somad, Ustaz Adi Hidayat, juga Pak Anies Baswedan, dan terakhir Pak Zulhas membuat candaan dengan mengait-ngaitkan orang yang sedang shalat karena cintanya pada paslon tertentu, kemudian tidak mau mengucapkan Amin. Bahkan saya lihat di video Pak Kiai Somad, menampilkan berbagai mazhab tentang jari yang diucapkan ketika tahiyat. Bagaimana mazhab Maliki, mazhab Syafi'i, dan lain-lain," ungkapnya.
Baca juga: AMIN siap mundur, kalau kinerja kurang baik
Bahkan, kata dia, terakhir candaaan Kiai Somad tentang orang yang mendukung calon tertentu ketika tahiyat tidak pakai satu jari tapi dua jari, itu bercandaan.
Anwar menegaskan saat suasana politik memanas, anyak hal dikait-kaitkan dengan politik. Dia meminta semua pihak, termasuk para capres-cawapres, berhati-hati untuk bercanda soal agama.
"Nah, karena ini nuansanya politik sehingga akhirnya jadi ramai. Tetapi, saya berharap kita harus berhati-hati. Saya minta ketika para ustaz mengaji, berhati-hati dalam bercanda. Ketika capres berpidato atau bercanda, hati-hati bercanda. Ketika pimpinan partai bercanda dengan diksi-diksi agama, saya berharap supaya hati-hati," pesannya.
Anwar berharap kepada seluruh bangsa, rakyat Indonesia untuk tetap menjaga persatuan Indonesia. Tetap menjaga Indonesia yang damai, pemilu yang damai, Indonesia yang aman. Jangan sampai karena kasus itu dapat terprovokasi.
"Kita tidak ingin bahwa pemilu ini akan berakibat pecahnya persatuan Indonesia. Persatuan ini mahal sekali," katanya menegaskan.
Baca juga: 219 ASN diadukan karena tidak netral saat kampanye Pemilu