Samarinda (ANTARA) - Gubernur Provinsi Kalimantan Timur Isran Noor melakukan kunjungan ke salah satu penjara di Negara Belanda untuk belajar pengelolaan sistem pelayanan penjara dan korelasinya dengan ketertiban umum karena rendahnya jumlah tahanan di negara kincir angin tersebut.
Isran mengatakan seperti diketahui, beberapa tahun lalu sejumlah penjara di Belanda terpaksa harus ditutup karena kekurangan tahanan.
“Saya berpikir apakah sudah sebagus itu sistem sosial di Negara Belanda dengan asumsi kalau sistem kemasyarakatannya bagus, tertib, tentram, penjara pasti banyak kosong. Itu yang akan kita dalami,” kata Gubernur Isran Noor dalam keterangan diterima di Samarinda, Rabu.
Pada kesempatan itu, Gubernur Isran selaku Ketua Umum Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) bersama rombongan sejumlah perwakilan kepada daerah melihat secara langsung Penitentiare Inrichting Arnhem (Penjara Arnhem) di Ir Molsweg 5, Arnhem, di Belanda.
Gubernur Isran mengaku heran dengan kekosongan di ruang penjara tersebut. Ia merasa heran apakah kondisi itu terjadi karena sistem penghukumannya yang berbeda antara di Belanda dan Indonesia.
Baca juga: Suami siri bebas dari ancaman penjara lewat keadilan restoratif
Artinya, tidak semua orang bersalah harus di penjara, atau ada cara yang lain yang bisa dilakukan dengan mengutamakan rehabilitasi, berupa denda atau kerja sosial.
"Dalam batas tertentu, daerah juga memiliki peraturan daerah yang mengatur hukuman kurungan penjara," jelasnya.
Gubernur Isran menegaskan untuk mengurangi jumlah tahanan di penjara yang kini sudah sangat sesak dan overload di Indonesia, maka perlu dipelajari bagaimana pemerintah dapat mengurangi hukuman penjara tersebut dan mengganti dengan sanksi yang lebih produktif.
Sementara itu, Director PI Arnhem Joyce Kivits menjelaskan pentingnya pemerintah menyiapkan program untuk reintegrasi para tahanan agar bisa diterima dengan baik saat kembali dan berguna bagi dirinya sendiri serta masyarakat.
“Ini hal yang sangat penting kami lakukan. Bagaimana agar setiap tahanan itu tidak diasingkan. Harus tetap ada hubungan dengan keluarga dan masyarakat,” ungkap Joyce.
“Penting untuk tetap menjaga kontak para tahanan dengan keluarga dan masyarakat, tetapi tetap menjaga jarak dengan standar keamanan internasional,” imbuhnya.
Selain menjamin konsumsi gizi, kesehatan dan kenyamanan para tahanan, mereka juga menyiapkan keterampilan sesuai bakat masing-masing.
Baca juga: PN Samarinda jatuhkan vonis terdakwa narkoba empat tahun penjara
"Setelah dari sini, kami berikan garansi mereka bisa langsung bekerja di tempat yang memerlukan.Kami juga lengkapi mereka dengan sertifikat keterampilan," sambung
Joyce.
Sebab itu diperlukan skema kerja sama antar instansi untuk mendukung integrasi para tahanan ini dengan semangat dan kerja bersama.
Yang lebih menarik lagi, penjara ini bahkan memberikan layanan dua jam setiap enam minggu agar para tahanan bisa melepas rindu dengan keluarga atau pasangan di kamar khusus yang sudah disiapkan.
Rata-rata okupansi penjara ini adalah 243 orang dengan perbandingan persentase datang dan pergi 2 2: 1,9.
Sekitar 47 persen penghuni penjara menjalani hukuman di bawah satu bulan. Kemudian 42 persen menjalani hukuman 1 - 12 bulan dan hanya 11 persen yang menjalani hukuman lebih dari satu tahun.