Samarinda (ANTARA) - Secara umum kehidupan petani di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) pada Mei 2023 masih sejahtera meski nilai tukarnya turun 2,49 persen, karena nilai tukar petani (NTP) masih jauh di atas angka 100, yakni mencapai 127,81.
"Pada April 2023 NTP Kaltim sebesar 130,3, namun pada Mei turun menjadi 127,81 atau terjadi penurunan sebesar 2,49 persen," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltim Yusniar Juliana Nababan di Samarinda, Rabu.
Penurunan NTP disebabkan karena indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 2,23 persen, sementara indeks harga yang harus dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,27 persen.
Angka keseimbangan NTP adalah 100, jika NTP di bawah 100 berarti petani masih rugi, jika pas 100 berarti tidak untung dan tidak rugi, namun jika di atas 100 berarti untung, apalagi jika jauh di atas 100 yang mencapai 127,81 tersebut, maka petani sejahtera.
Ia merinci NTP Mei 2023 pada masing-masing subsektor, yakni untuk nilai tukar petani hortikultura (NTPH) sebesar 113,28, nilai tukar petani tanaman perkebunan rakyat (NTPR) sebesar 164,56.
Kemudian nilai tukar petani peternakan (NTPT) sebesar 108,13, nilai tukar nelayan dan pembudidaya ikan (NTNP) sebesar 100,62, dan untuk nilai tukar petani tanaman pangan (NTPP) sebesar 95,70.
“Dari lima subsektor tersebut, petani yang paling memperoleh keuntungan paling besar adalah subsektor perkebunan rakyat, sedangkan petani yang masih merugi adalah pada subsektor tanaman pangan,” katanya.
Ia melanjutkan, pada Mei 2023, terdapat tiga subsektor yang mengalami kenaikan NTP, yaitu subsektor tanaman pangan yang naik 0,52 persen, subsektor hortikultura naik 1,02 persen, dan subsektor perikanan naik 0,23 persen.
Sebaliknya, dua subsektor lainnya mengalami penurunan, yaitu subsektor tanaman perkebunan rakyat minus 4,95 persen, kemudian subsektor peternakan minus 0,50 persen.
Senada dengan NTP, maka untuk nilai tukar usaha rumah tangga pertanian (NTUP) pada Mei 2023 juga mengalami penurunan, yakni dari 132 pada April menjadi 128,85 pada Mei, atau terjadi penurunan 2,39 persen.
Menurutnya, terdapat tiga subsektor yang mengalami peningkatan NTUP, yakni subsektor tanaman pangan naik 0,75 persen, subsektor hortikultura naik 1,34 persen, dan subsektor perikanan naik 0,44 persen.
"Sebaliknya, ada dua subsektor lainnya yang mengalami penurunan NTUP, yakni subsektor tanaman perkebunan rakyat minus 4,96 persen, kemudian subsektor peternakan minus 0,47 persen," kata Yusniar.