Balikpapan (ANTARA) - Abudin seorang pengusaha kerupuk yang sukses tinggal di Balikpapan Utara membuat makanan khas Indonesia yang kriuk-kriuk krenyes.
Beragam ukuran dan model krupuk dibuat dan dijual Abudin. Ada yang kecil setengah telapak tangan dia, ada yang besar sebesar telapak tangannya lebih sedikit.
“Krupuk kecil, di eceran dijual Rp2000 per bungkus plastik isi 3. Kalau beli di tempat sini, Rp5000 bisa dapat 4 bungkus. Kerupuk besar isi 10, kalau beli eceran, bisa dapat Rp10.000 tiga bungkus,” katanya.
Dia menjelaskan, menggoreng dua kwintal kerupuk kering, dari 200 kg bahan kerupuk itu, bisa beroleh rata-rata Rp5 juta per hari.
Abudin menceritakan, ketika memulai usahanya di tahun 2006, modalnya ‘hanya’ Rp20 juta.
“Saya pinjam dari BRI Syariah Rp20 juta. Tak lama cair dan langsung mulai usaha,” ceritanya.
Lanjutnya, tahun 2006 itu dan sebelumnya, dia ditawari temannya untuk jadi ‘sales’ alias penjualan kerupuk. Dari pabrik seperti yang dia punya sekarang, ia antar ke warung-warung dan rumah makan dengan motor.
Ia lalu berhitung dan memberanikan diri buka usaha bikin-goreng-jual kerupuk sendiri. Maka pinjamlah ia duit Rp20 juta ke BRI Syariah tersebut, bank yang kini sudah lenyap masuk dalam Bank Syariah Indonesia (BSI).
Abudin menuturkan, pada tahun 2008 sudah lunas modal pinjaman dan sudah pula berkembang. Dari apa-apa dikerjakan sendiri, pada tahun 2022 ia sudah punya 7 karyawan di bagian pembuatan-penggorengan, dan beberapa lagi di bagian pengemasan.
“Dari modal kerupuk, saya coba merintis usaha lain,” katanya.
Abudin juga menegaskan, bisnis kerupuk akan selalu jadi bisnis andalannya, bisnis ‘ringan’ yang ‘berat’ timbangan uangnya.