Tanjung Redeb (ANTARA Kaltim) - Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Berau H Ilyas Natsir kabupaten ini bisa menjadi daerah lumbung padi karena potensi sawah dan ladangnya cukup menjanjikan untuk mendukung swasembada beras.
"Insya Allah ke depan bisa menjadi daerah lumbung padi, dan program swasembada beras dapat terealisasi," katanya di Tanjung Redep, Berau, Kaltim, Jumat.
Menurut catatan Dinas Pertanian, kata Natsir, rata-rata peningkatan produksi padi di Berau sebesar 5,34 persen per tahun.
"Saat ini luas lahan padi di Berau mencapai lebih dari 11.241 hektare dengan produksi 17.999 ton per tahun. Luas lahan panen itu belum termasuk program cetak sawah dan ladang baru yang terus digencarkan," katanya.
Ia mengatakan, melalui kelompok tani serta pendampingan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten, ada peningkatan cukup signifikan, karena itu target swasembada beras dimungkinkan.
"Hasil panen tertinggi untuk padi sawah dicatat kelompok tani yang berada di Desa Labanan. Dalam satu hektare mampu menghasilkan 6,9 ton gabah," ujarnya.
Ia mengatakan, di Desa Labanan potensi lahan seluas 600 hektare, tetapi yang dikelola baru sekitar 400 hektare.
"Hasil 6,9 ton per hektare itu mampu dicapai dengan penerapan teknologi pertanian," katanya.
Petani yang menerapkan teknologi pertanian di Labanan menghasilkan 6,9 ton per hektare, sedangkan yang tidak menerapkan seperti di Sambaliung dengan sistem organik murni hanya mampu mencapai 3,29 ton.
Ia menambahkan dengan pengelolaan maksimal seluruh potensi yang ada, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan Berau mampu mengirim ke luar daerah.
"Ini selaras dengan pesan Presiden yang menginginkan semua daerah di Indonesia meningkatkan produksi padi," katanya.
Ia mengatakan, hampir semua kecamatan di Berau memiliki potensi sawah yang baik untuk meningkatkan produksi beras. (*)
Dispertan: Berau Bisa Menjadi Daerah Lumbung Padi
Jumat, 1 Februari 2013 18:58 WIB
Saat ini luas lahan padi di Berau mencapai lebih dari 11.241 hektare dengan produksi 17.999 ton per tahun. Luas lahan panen itu belum termasuk program cetak sawah dan ladang baru