Nunukan (ANTARA Kaltim) - Produsen tempe dan tahu di Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur menggunakan bahan baku kedelai yang diimpor dari Amerika Serikat.
Salah seorang produsen tempe dan tahu di Nunukan, Riami di Nunukan, Rabu mengatakan kedelai yang digunakan selama memproduksi tempe dan tahu kebanyakan berasal dari Surabaya Jatim yang diimpor dari Amerika Serikat.
Kedelai asal negara adi daya tersebut dinilainya sangat baik untuk bahan baku tempe, karena bijinya besar sedangkan kedelai dalam negeri bijinya berukuran agak kecil, jelas dia.
Ia juga mengatakan, seringkali kewalahan apabila tidak mendapatkan suplai kedelai dari langganannya dari Surabaya maka harus mencari kedelai di Tawau Malaysia.
"Selama ini bahan baku (Kedelai) yang saya pakai dari Surabaya yang diimpor dari Amerika. Tapi kalau tidak ada dari Surabaya terpaksa mencari di Tawau (Malaysia)," ujar Riami.
Alasan menggunakan kedelai dari Amerika, lanjut dia, sebab tidak mudah membusuk dan hasilnya keras serta sangat diminati oleh masyarakat wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Nunukan.
Riami mengatakan, setiap minggu memesan kedelai asal Amerika dari Surabaya sebanyak 14 kwintal atau 1,4 ton. Menurutnya dalam sehari, dia memproduksi tempe dan tahu sebanyak dua kwintal atau 200 kilogram.
Usahanya memproduksi tempe dan tahu semakin meningkat seiring dengan tingginya minat masyarakat di wilayah itu mengonsumsi tempe dan tahu, katanya.
"Orang Nunukan sangat suka makan tahu dan tempe. Jadi, setiap hari saya harus siapkan kedelai sebanyak dua kwintal (200 kilogram)," akunya.
Saat ini, Riami mengatakan, mempekerjakan sembilan orang dari kalangan ibu rumah tangga di sekitar rumahnya dengan upah harian yang terdiri dari tujuh perempuan untuk tempe dan dua laki-laki untuk memproduksi tahu.
Ia menyatakan, untuk produksi tahu saja setiap hari menghabiskan 50 kilogram dan tempe sebanyak 150 kilogram kedelai.
Riami yang mengaku sebagai produsen tempe dan tahu pertama di Kabupaten Nunukan belum pernah menggunakan bahan baku kedelai dari dalam negeri, karena kualitasnya tidak memenuhi syarat untuk produksi tempe. (*)