Penajam (ANTARA Kaltim) - PT Balikpapan Forest Industries (BFI) anak perusahaan PT Inne Donghwa Development Co Ltd, penyedia bahan baku kayu lapis di Jenebora, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, menutup usaha mulai 26 Desember 2012.
Rencana penghentian tersebut, diketahui Jumat, setelah PT BFI mengirim surat kepada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial setempat yang ditandatangani Direktur Koo Bon Sik, bersamaan dengan surat dari PT Inne Donghwa terkait penutupan perusahaan.
Sama halnya PT Inne Donghwa, PT BFI menghentikan aktivitasnya karena dalam tiga tahun terakhir merugi secara berturut-turut.
Hasil laporan kantor akuntan publik independen menyatakan, tahun 2009 perusahaan mengalami kerugian hingga Rp4,3 miliar, dan 2010 kerugian mencapai Rp 20,1 miliar, serta pada 2011 kerugian perusahaan Rp6,4 miliar lebih.
Mengenai uang pesangon, dalam surat itu dijelaskan akan diberikan dua kali, uang penghargaan masa kerja sebanyak satu kali gaji, serta uang kerugian sebesar 15 persen serta tambahan uang uang jasa pengabdian. Selain itu, gaji bulan Desember dan pesangon akan dibayarkan mulai 27-29 Desember 2012.
Kepala Disnakersos Kabupaten PPU, Arnold Wayong menyatakan, telah membentuk tim meninjau kedua perusahaan tersebut.
"Pada 27 Desember tim akan turun ke lapangan. Yang jelas suratnya sudah kami terima termasuk alasan melakukan penutupan dan PHK massal. Kami tidak bisa berbuat apa-apa, karena perusahaan terus mengalami kerugian," jelas Arnold.
Namun demikian, pihaknya masih berharap agar perusahaan Korea itu bisa kembali merekrut sebagian karyawan yang mengalami PHK massal. Karena rencananya, tahun 2013 mendatang akan kembali beroperasi.
"Tadi saya sudah tekankan kepada tim, untuk meminta perusahaan agar tetap memprioritaskan karyawan lama untuk direkrut kembali," ucapnya.
General Manager PT Inne Donghwa Development Co Ltd, Kim Guen Tae, membenarkan sebagai wujud tanggung jawab perusahaan untuk masyarakat sekitar, perusahaan berencana akan mengoperasikan kembali usahanya pada kuartal pertama 2013 melalui ssstem baru, yaitu tiga "shifting".
"Itu dilakukan untuk memperbaiki produktivitas, kualitas dan efisiensi sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian lagi," ujarnya.
Kim mengungkapkan, perusahaan akan menyiapkan sekitar Rp60 miliar dana segar untuk memenuhi hak-hak karyawan pasca PHK. Dan untuk mengatasi krisis keuangan saat pengeoperasian kembali rencana 2013 mendatang, akan menerapkan struktur organisasi dan sistem kerja baru.
"Kami akan mengubah total sistem kerja, kemudian diupayakan mulai berproduksi lagi. Banyak faktor kesulitan jadi direksi ambil keputusan tutup. Kami juga sangat sedih," katanya.
Salah seorang perwakilan karyawan, Karyono menyatakan, ribuan karyawan tidak bisa berbuat apa-apa terkait dengan penutupan perusahaan yang berimbas kepada PHK karyawan. Karena alasan perusahaan karena terus mengalami kerugian sehingga memutuskan untuk ditutup.
"Kami harus bilang apa, kalau perusahaan akan tutup dan melakukan PHK. Yang jelas penutupan dan PHK ini bukan karena kenaikan UMK tapi semata-mata karena perusahaan merugi," ucap Karyono yang telah bekerja selama 21 tahun.
Ia menyatakan, perusahaan hanya melakukan penutupan sementara. Karena pada kuartal pertama atau sekitar Maret 2013 akan kembali beroperasi.
"Perusahan akan beroperasi kembali 2013. Tapi kami belum tahu karyawan yang akan direkrut," katanya.(*)