Samarinda (ANTARA News) - Sebanyak 115 Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemprov Kaltim mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Pembuatan Kontrak, Perhitungan Harga Perkiraan Sendiri, dan Diklat Barang Jasa mulai 3 hingga 9 Junli 2012.
"Diklat ini sangat penting agar Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) maupun Ketua Panitia Lelang dapat mengetahui administrasi secara tertib, sehingga terlepas dari tuduhan berbuat korupsi," ujar Kepala Badan Diklat (Bandiklat) Provinsi Kaltim, Syafruddin Pernyata saat membuka Diklat di Samarinda, Selasa.
Dikatakan, ada beberapa aparatur atau pejabat negara yang sebenarnya tidak melakukan korupsi namun disangka berkorupsi. Hal ini terjadi lantaran mereka tidak paham mengenai administrasinya, sehingga kadang melakukan tanda tangan padahal itu bukan wewenangnya.
Ada pula aparatur yang disangka korupsi karena menggunakan anggaran tersebut untuk pembelian barang tidak sesuai dengan jenisnya, atau tidak sesuai dengan peruntukkannya, padahal uang tersebut memang tidak dikorupsi, namun karena dibelikan barang sejenis.
Terkait dengan masih banyaknya pejabat atau aparatur negara yang belum mengetahui tentang sistem pengadaan barang jasa dan sejenisnya itu, maka Diklat ini sangat penting diikuti PNS agar ke depan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Menurutnya, peserta Diklat yang berjumlah 115 orang itu terdiri dari 40 orang merupakan PNS yang mengikuti Diklat perhitungan Perkiraan Harga Sendiri (HPS), 40 PNS ikuti Diklat Pembuatan Kontrak, dan terdapat 35 PNS yang mengikuti Diklat Barang Jasa.
Dalam sambutannya saat pembukaan acara tersebut, Syafruddin juga mengajak kepada para peserta Diklat agar selalu berperilaku jujur, apalagi yang digunakan dalam kontrak atau lelang adalah uang negara.
Selain itu, lanjutnya, kejujuran merupakan harta sangat berharaga namun tidak berwujud. Namun anehnya kejujuran ini justru dipandang sebagian orang sebelah mata karena mereka lebih memperhatikan barang yang berwujud, misalnya mobil mewah, rumah megah, dan rupiah yang banyak.
Padahal, lanjut dia, barang berwujud tersebut lebih mudah didapat namun juga sangat mudah musnah, sedangkan harta tidak berwujud tidak banyak dimiliki orang namun keberadaannya abadi dalam hati.
"Rumah megah dan mobil mewah dalam sekejap bisa musnah kalau terkena musibah, sedang harta tidak berwujud seperti kejujuran, keterampilan, keuletan dan sejenisnya akan dapat membuat individu menjadi sukses," ujar Syafruddin. (*)