"Mereka berkelompok terdiri dari lima orang dan mengancam dengan parang," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Berau Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur (BKSDA Kaltim) Aganto Seno dihubungi dari Balikpapan, Sabtu.
Setelah mengancam, para perampok satwa memanjat pagar setinggi dua meter yang melindungi kawasan relokasi telur penyu untuk mengambil telur-telur penyu yang dipindahkan ke tempat itu dari sarang asli tempat induk bertelur.
"Namun sejak tadi malam saya perintahkan teman-teman di Pulau Sangalaki untuk tidak dulu mengambil data aktivitas penyu dan tidak merelokasi telur-telur penyu," lanjut Seno.
Keselamatan para petugas di lapangan menjadi perhatian utama. Selain itu, dengan tetap di sarang aslinya justru lebih aman karena jumlahnya banyak dan tersebar di pantai.
Petugas lapangan memindahkan telur-telur itu ke tempat penetasan (hatchery) yang berpagar untuk melindungi telur dan kelak juga tukik, anak penyu yang baru menetas, dari musuh alaminya seperti biawak dan burung elang.
SKW I Berau membawahi Kepulauan Derawan, tempat di mana Taman Wisata Alam Pulau Sangalaki menjadi satu ikon utama.
Pulau di Laut Sulawesi itu berjarak sekitar dua jam dari Tanjung Redeb, ibukota Kabupaten Berau. Pulau Sangalaki yang dikeliling pantai berpasir putih landai menjadi tempat para induk penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dan penyu hijau (Chelonia mydas) naik untuk bertelur setiap malam.
Oleh sebab itu di Pulau Sangalaki, SKW I Berau memiliki pos untuk pengamatan dan perlindungan penyu. Setiap malam petugas berpatroli, selain untuk mendata juga untuk memindahkan telur-telur dari sarang asli yang dibuat induk ke sarang lain yang dibuatkan manusia yang lebih aman yang disebu hatchery tadi.
"Itu pun jumlah penyu yang naik bertelur setiap malam sudah berkurang sangat jauh dari tahun-tahun lampau," kata Lipu, satu staf SKW I Berau di Pulau Sangalaki.
Pada tahun 1970-an, cerita Lipu, biasa naik ratusan penyu setiap malam, sementara saat ini 15 penyu saja sudah sangat banyak.
Telur penyu diambil untuk keperluan konsumsi manusia. Telur itu dipercaya mampu meningkatkan vitalitas karena memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibanding telur ayam atau telur bebek yang biasa dikonsumsi.
Oleh karena itu, telur penyu pernah diperjualbelikan dengan massif dan bebas di sepanjang pesisir Pulau Kalimantan.
Sampai tahun 2013, telur itu dapat dengan mudah didapat di Banjarmasin dan Kotabaru di Kalimantan Selatan, di Samarinda dan Berau. Telur-telur itu dipasok dari Kepulauan Derawan, utamanya dari Pulau Derawan dan Pulau Sangalaki. (*)