Samarinda (ANTARA Kaltim) - Kepala Perwakilan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Timur, Ely Kusnaeli mengatakan jumlah kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) di daerah itu baru terbentuk sebanyak 660 kelompok atau sekitar 22 persen.
"Jumlah 660 kelompok tersebut dirasa masih sangat kurang jika dibanding dengan jumlah ibu-ibu yang memiliki Balita," katanya saat membuka pelatihan teknis Program Pembangunan Keluarga di Samarinda,Senin.
Meskipun demikian BKKBN Perwakilan Kaltim terus berupaya meningkatkan jumlah kelompok-kelompok BKB di Kaltim, salah satunya dengan memberikan pelatihan teknis kepada para tenaga penyuluh lapangan (PLKB).
Diharapkan para PLKB di daerahnya masing-masing memberikan pembinaan kepada para ibu-ibu PKK, kader dan relawan, untuk itu mereka dilatih dengan harapan akan lebih baik, sehingga menarik minat yang lain yang pada akhirnya kuantitasnya bertambah.
Diakui Ely dalam pembentukan kelompok-kelompok BKB tentunya ada beberapa kendala adalah mekanisme pelatihan yang harus ditingkatkan, karena kelompok BKB perlu keterampilan teknis khusus dan bekerjasama dengan para mitra di antaranya PKK, organisasi kemasyarakatan dan para relawan.
"Jadi kita harus bermitra terutama mencari para relawan di lingkungannya masing-masing karena sistimnya ini gerakan," katanya.
"Jumlah 660 kelompok tersebut dirasa masih sangat kurang jika dibanding dengan jumlah ibu-ibu yang memiliki Balita," katanya saat membuka pelatihan teknis Program Pembangunan Keluarga di Samarinda,Senin.
Meskipun demikian BKKBN Perwakilan Kaltim terus berupaya meningkatkan jumlah kelompok-kelompok BKB di Kaltim, salah satunya dengan memberikan pelatihan teknis kepada para tenaga penyuluh lapangan (PLKB).
Diharapkan para PLKB di daerahnya masing-masing memberikan pembinaan kepada para ibu-ibu PKK, kader dan relawan, untuk itu mereka dilatih dengan harapan akan lebih baik, sehingga menarik minat yang lain yang pada akhirnya kuantitasnya bertambah.
Diakui Ely dalam pembentukan kelompok-kelompok BKB tentunya ada beberapa kendala adalah mekanisme pelatihan yang harus ditingkatkan, karena kelompok BKB perlu keterampilan teknis khusus dan bekerjasama dengan para mitra di antaranya PKK, organisasi kemasyarakatan dan para relawan.
"Jadi kita harus bermitra terutama mencari para relawan di lingkungannya masing-masing karena sistimnya ini gerakan," katanya.
Ely menjelaskan program BKB tujuannya untuk membantu meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai tumbuh kembang anak, bagaimana seorang ibu berinteraksi dalam keluarga menjadi suasana pendidikan, merangsang kecerdasan anak dalam tumbuh kembangnya.
Itulah harapan BKKBN mengembangkan program BKB, agar para ibu-ibu benar-benar memperhatikan tumbuh kembang anak dan gizinya, sehingga melahirkan anak-anak yang berkualitas.
Menurutnya jika para ibu-ibu sudah mengatahui program BKB, maka kontribusinya terhadap program KKBPK adalah dapat mengatur jarak kelahiran, menghindari 4 T (jangan terlalu muda melahirkan, terlalu banyak, terlalu rapat, dan terlalu tua melahirkan). Selain itu, dapat memenuhi kebutuhan gizi anak serta mempersiapkan pendidikankannya.
"Kegiatan BKB itu dalam rangka mempersiapkan keluarga agar dapat menjadi orang tua hebat dalam mengasuh dan membina anak sebagai upaya mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas," tegas Ely Kusnaeli. (*)