Ujoh Bilang, Mahakam Ulu (ANTARA Kaltim) - Angkutan sungai menggunakan kapal kayu di Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, masih menjadi transportasi favorit bagi para pelajar, karena hanya ini akses yang ada mengingat belum adanya pilihan lain yang lebih nyaman.
"Kapal angkutan pelajar ini sudah lama, tapi saya baru satu tahun ini mengantarkan mereka ketika pagi, kemudian menjemput lagi sekitar jam 1 siang," ujar Suryani, nakhoda kapal angkutan pelajar, ditemui setelah mengantar ratusan pelajar ke Dermaga Ujoh Bilang, Rabu.
Setiap hari, kecuali hari libur, Suryani bertugas menjemput sekitar 150 pelajar SD-SMA dari empat kampung di Kecamatan Long Bagun, yakni Kampung Long Bagun Ulu, Long Bagun Tengah, Long Bagun Ilir, dan Batu Majang.
Para pelajar dari empat kampung ini kemudian diantar ke dermaga di Ujoh Bilang, karena di sinilah merupakan tempat terdekat bagi mereka dalam menimba ilmu.
Menurut ia, ketika menurunkan pelajar ke dermaga waktu yang dibutuhkan hanya sekitar 30 menit mulai mengikat tali ke dermaga, menurunkan penumpang, hingga melepas tali dan meninggalkan dermaga.
Meski waktu untuk bersandar cukup singkat, namun ia mengaku kurang nyaman selama di dermaga, karena di situ juga tempat bersandarnya sejumlah speedboat menunggu penumpang, sehingga terkadang ada yang menyuruh cepat-cepat menurunkan anak-anak sekolah.
"Saya khawatir jika disuruh cepat-cepat turun, maka bisa membahayakan pelajar yang bisa saja jatuh karena terburu-buru. Kondisi ini tentu mengancam keselamatan jiwa atau paling tidak pakaian dan perlengkapan sekolah basah jika jatuh ke sungai," ujarnya.
Untuk itu, Suryani memiliki dua saran yang bisa dipertimbangkan instansi terkait, yakni pertama adalah dibuatkan dermaga khusus pelajar baik yang tersambung dengan dermaga asal atau membuat dermaga baru tak jauh dari dermaga asal.
Saran kedua, untuk sementara waktu sebelum bisa membangun dermaga karena anggaran yang belum dialokasikan, maka instansi terkait diharapkan bisa mengatur tempat bersandar ketika kapal pengantar dan penjemput pelajar datang, sehingga ada ruang dan waktu yang cukup bagi anak-anak sekolah turun maupun naik.
"Kapal ini milik warga kampung yang dikontrak oleh dua perusahaan kayu di sini khusus untuk angkutan pelajar, yakni PT SLJG, kemudian PT RKR yang membantu biaya operasional. Kalau saya dibayar Rp2 juta sebulan. Saya berharap pelajar yang saya bawa tidak buru-buru dan saya pun bisa nyaman joki kapal," tutur Suryani. (*)