Samarinda, (ANTARA Kaltim) - Petani di L2, TenggarongSeberang, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur,mengkhawatirkan sawah yang selama ini digarapnya tidak bisa lagi berproduksikarena masuknya salah satu perusahaan tambang batu bara di areal persawahan.
"Perusahaan batu bara ini baru masuk. Kalau hitungan saya, mulaioperasi sejak Ramadhan lalu, jadi sekarang sudah sekitar tiga bulanberjalan," ujar salah seorang petani di Dusun Mekar Jaya, Desa KarangTunggal, L2, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kukar, Sukarno ditemui di desanya,Jumat.
Saat ini,katanya, memang belum terlihat dampak dari aktivitas tambang batu bara tersebutkarena memang masih baru, tapi ia mengkhawatirkan bahwa ke depan pasti akan adadampak yang muncul baik terkena imbas dari pencemaran, kiriman lumpur saatbanjir, maupun kesulitan pengairan karena di sekitarnya ditambang.
Di sekitarsawah yang ia garap, lanjut Sukarno, beberapa warga sudah menjual sawahnyakepada perusahaan tambang tersebut, sementara sebagian lagi ada yang tidak maumenjual karena lebih memilih bertani, dan sebagian juga mau menjual asalkandengan harga yang wajar berdasarkan perhitungan petani.
"Namunyang jadi persoalan sekarang, sawah yang masih digarap petani itu berdekatandengan sawah yang sudah dijual ke perusahaan tambang, sehingga perusahaanmelakukan penimbunan di sawah yang sudah dibebaskan dan melakukan aktivitas,jadi lambat laun kami khawatir terkena dampak dari aktivitas ini,"ujarnya.
Untuk itu, iaminta kepada Bupati Kukar Rita Widyasari maupun Gubernur Kaltim Awang FaroekIshak bisa mencarikan solusi, karena sepengetahuan dia, Kaltim masihmendatangkan bahan pangan termasuk beras dari daerah lain.
Apalagidengan adanya aktivitas tambang bara, maka produksi padi dipastikan jauhmenurun karena selain lahannya beralih fungsi ke tambang, sawah di sekitartambang pun biasanya mengalami penurunan produksi karena terkena dampak dariaktivitas tambang.
"Kalauada bupati dan gubernur yang menengahi, kan bisa ditemukan solusinya karenakami masih ingin bertani. Keterampilan kami hanya bertani baik bertani padimaupun palawija, namun jika lahan ini terjual atau terkena imbas tambang, terusbagaimana nasib kami, terus dari mana lagi masyarakat mencari beras," ujarSukarno. (*)