Samarinda (ANTARA Kaltim) - Pegulat nasional asal Kalimantan Timur M Aliansyah belum berniat pensiun dan masih berambisi untuk meraih medali emas keempatnya pada ajang Pekan Olahraga Nasional yang berlangsung di Papua tahun 2020.
Aliansyah yang ditemui di Samarinda, Selasa, mengatakan pada usianya yang menginjak 25 tahun terlalu dini untuk berbicara pensiun sebagai atlet, karena masih optimistis bisa bersaing dengan para pegulat muda dalam ajang kejuaraan nasional.
"Asalkan rajin melaksanakan program latihan, pola makan dan kesehatan terus dikontrol dengan baik, saya optimistis masih bisa bersaing empat tahun depan di Papua," jelas pegulat kelas bebas 66 kilogram itu.
Ia mengakui saat ini perkembangan olahraga gulat nasional sudah merata di semua daerah, karena beberapa provinsi yang dulunya tidak mempunyai pegulat andalan, sekarang sudah memiliki atlet yang bisa bersaing di pentas olahraga nasional.
Apalagi, lanjut Aliansyah, tuan rumah PON 2016 Jawa Barat juga sudah mulai memunculkan pegulat yang punya kualitas dan bisa menjuarai ajang bergengsi seperti PON.
"Terlepas apapun kejadian dilapangan, tapi saya sendiri mengakui kualitas pegulat Jabar, untung saja saya bisa memenangi laga final dan meraih gelar juara,"imbuh Aliansyah.
Saat pertama kali meraih gelar juara PON 2008, usia Aliansyah baru menginjak usia 17 tahun, sehingga bukan termasuk pegulat yang diandalkan untuk meraih emas.
Namun, saat tampil di PON 2012 Riau, gelar juara bertahan menjadikan beban yang dipikulnya semakin berat, namun dia tetap bisa mempertahankan medali emas untuk kontingen Kaltim yakni di kelas 66 kg bebas putra.
Berbeda lagi saat PON 2016 di Jawa Barat, Aliansyah mengaku awalnya begitu yakin akan bisa mempertahankan medali emas dengan mudah, namun yang dihadapinya justru di luar dugaan karena sejak babak penyisihan ternyata pegulat dari provinsi lain juga tampil ngotot dan mengincar hasil kemenangan.
"Terus terang, PON 2016 ini pertandingan yang paling berat bagi saya, karena semua daerah telah menyiapkan atletnya dengan baik. Apalagi dengan kondisi yang kurang mengenakan, yakni atlet tuan rumah selalu mendapat bantuan wasit dan juri," jelasnya.(*)