Samarinda (ANTARA Kaltim) - Produksi kedelai di Provinsi Kalimantan Timur dalam tiga tahun terakhir masih fluktuatif, yakni dari 1.402 ton pada 2013, turun menjadi 1.128 ton pada 2014 dan pada 2015 diperkirakan kembali kenaikan menjadi 1.661 ton.
"Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi fluktuasinya produksi kedelai, pertama adalah luasan panen dan kedua adalah perubahan produktivitas per hektare," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltim Aden Gultom di Samarinda, Kamis.
Ia menjelaskan luas panen kedelai pada 2015 mencapai 1.079 hektare atau naik 40,49 persen ketimbang 2014, kemudian produktivitasnya sebanyak 15,39 kuintal per hektare atau naik 4,77 persen dibanding tahun sebelumnya.
Menurut Aden, berdasarkan angka ramalan tetap, produksi kedelai Kaltim pada 2014 sebesar 1.128 ton biji kering. Jika dibandingkan dengan produksi tahun 2013, maka terjadi penurunan sebanyak 274 ton atau 19,54 persen.
"Penurunan produksi tersebut terjadi di dua daerah, yakni Kabupaten Kutai Kartanegara dan Paser," tambahnya.
Sementara itu, lanjut dia, berdasarkan angka ramalan II, produksi kedelai Kaltim hingga akhir 2015 sebanyak 1.661 ton. Ini berarti terjadi peningkatan produksi mencapai 533 ton kedelai biji kering atau mencapai 47,25 persen dibanding 2014.
Peningkatan produksi diperkirakan karena bertambahnya luas panen kedelai yang mencapai 311 hektare (40,49 persen), termasuk meningkatnya produktivitas sebesar 0,70 kuintal per hektare (4,77 persen).
Ia menambahkan peningkatan produksi kedelai pada 2015 yang relatif banyak tersebut terjadi di dua daerah, yakni Kabupaten Berau dan Penajam Paser Utara.
Peningkatan produksi kedelai sebesar itu terjadi di setiap subround, seperti subround Januari-April sebanyak 205 ton atau mencapai 4,86 persen, subround Mei-Agustus sebanyak 204 ton biji kering atau 37,23 persen.
Kemudian pada subround September hingga Desember diperkirakan produksi kedelai oleh petani setempat mencapai 124 ton biji kering atau sebesar 100,81 persen.
"Untuk pola panen kedelai tahun 2015 masih sama dengan pola panen tahun sebelumnya, yaitu puncak panennya selalu terjadi pada subround II atau pada periode Mei-Agustus," katanya. (*)