"Namun kami mengimbau jika masyarakat menemukan ular yang keluar sarang dan masuk ke area perumahan, jangan dibunuh dan biarkan pergi dengan sendirinya," kata Ketua Yayasan Studi Ular Indonesia atau Sioux, Aji Rachmat, di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, musim kemarau saat ini yang lebih kering dibandingkan biasanya, ada pengaruh yang dialami hewan jenis ini.
"Ular butuh minum, sehingga akn mencari sumber mata air, apalagi kemarau saat ini lebih kering," katanya.
Ia mengatakan, selain membutuhkan air, ular yang ada di dalam persembunyian juga akan keluar saat merasakan terlalu panas.
"Begitu juga saat dingin, mereka mencari suhu udara yang cocok bagi tubuhnya. Ular tidak bisa menghasilkan panas dari dalam tubuhnya sendiri," katanya.
Aji mengatakn, pada musim kemarau ini tidak aneh jika di beberapa daerah sering warga menemui ular. Terutama yang berukuran besar.
"Semua jenis ular memiliki sifat yang sama, semakin besar ukurannya semakin membutuhkan penyesuaian udara di tubuhnya. Jadi tidak heran, kalau ular-ular berukuran besar ditemukan di musim kemarau ini," katanya.
Ia mengatakan, sebenarnya ketika menemui ular berukuran besar tersebut tidak berbahaya. Asalkan jangan sampai bersentuhan.
"Kalau ketemu ular berukuran besar, jangan sampai bersentuhan. Karena ular bisa tiba-tiba beringas. Akan sangat dikhawatirkan, ketika bertemu dengan ular kemudian langsung dibunuh. Karena dirasa telah menjadi musuh bagi manusia," katanya.
Padahal, kata dia, habitat tersebut menjaga ekosistem alam yang ada. Ular juga mempunyai manfaat bagi para petani, yaitu sebagai pemangsa hama tikus di sawah.
Humas Yayasan Sioux Indonesia, Mas Irmawan, mengatakan, masyarakat bisa melaporkan ke pihaknya ketika menemui dan ketakutan terhadap ular.
"Tidak hanya di DIY saja, namun yayasan kami sudah ada anggotanya di beberapa daerah di Indonesia. Ketika masuk rumah, lebih baik ular tersebut dipindahkan ke tanah. Maka akan pergi dengan sendirinya," katanya. (*)