Tenggarong, Kaltim (ANTARA) - Asisten III Sekretariat Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Provinsi Kaltim, Dafip Haryanto menyatakan bahwa sinergisitas dan konsistensi menjadi kunci utama dalam keberhasilan menurunkan stunting, sehingga prevalensi stunting di kabupaten ini paling rendah di Kaltim.
"Hasil Survei Kesehatan Indonesia di akhir 2023 menyatakan, prevalensi stunting di Kukar berada posisi terbaik se- Kaltim dengan prevalensi 17,6 persen, turun 9,5 persen ketimbang tahun sebelumnya yang sebesar 27,1 persen," katanya di Tenggarong, Sabtu.
Posisi kedua dalam prevalensi stunting di Kaltim hasil survei 2023 adalah Kota Balikpapan yang tercatat 21,6 persen, kemudian Kabupaten Kutai Barat dengan prevalensi 22 persen, Kabupaten Paser tercatat 22,4 persen.
Berikutnya adalah Kabupaten Berau dengan prevalensi 23 persen, Kota Samarinda 24,4 persen, Kabupaten Penajam Paser Utara 24,6 persen, Kota Bontang 27,4 persen, dan Kabupaten Kutai Timur dengan prevalensi 29 persen atau paling tinggi di Kaltim.
Berkat keberhasilan dalam penanganan stunting, maka sejumlah daerah di Kaltim pun melakukan studi tiru ke Kukar, termasuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Kutai Timur yang melakukan studi tiru yang diterima pihaknya di Pendopo Wakil Bupati Kukar di Tenggarong, Jumat, kemarin.
Dalam menerima tim studi tiru itu ia pun mengatakan, Pemkab Kukar berhasil melaksanakan percepatan dan penurunan stunting karena kolaborasi TPPS yang melibatkan berbagai instansi terkait, bahkan bupati setempat pun sering turun langsung dalam penanganan stunting.
Berkat bupati setempat yang terus memberikan dorongan, sehingga mulai instansi pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha pun bergerak bersama dalam penanganan hingga pencegahan stunting langsung kepada keluarga berisiko maupun yang sudah memiliki anak stunting.
Upaya penurunan stunting di Kukar telah berjalan sejak lima tahun lalu, dimulai 2019 yang saat itu menjadi lokus percepatan penurunan stunting di Indonesia.
Tahun itu, katanya, diawali dengan pendataan dan pengkajian tentang permasalahan stunting, dilanjutkan dengan percepatan penurunan stunting dirancang sesuai dengan hasil perencanaan yang dibuat sebelumnya.
“Pemecahan masalah berupa aksi intervensi sudah sesuai dengan konteks permasalahan lokal yang terjadi. Kemudian disadari bahwa untuk melakukan percepatan penurunan stunting, tidak cukup hanya intervensi rutin, sehingga kemudian dilakukan sejumlah inovasi yang merupakan langkah konvergensi penurunan stunting,” katanya.