Balikpapan (ANTARA) - Memasuki hari keempat pada Minggu 27/10 lomba The 21st Indonesian Fire Rescue Challenge (IFRC, lomba pemadam kebakaran, pencarian, dan penyelamatan), menampilkan aksi memadamkan kebakaran di dalam gedung, penyelamatan di air, dan penyelamatan korban di bawah bangunan runtuh.
Di lokasi lomba di gedung Garuda Nusantara Rescue (GRN)-PT Putra Perkasa Abadi (PPA), Karang Joang, di jalan pendekat ke Pulau Balang, kawasan Km 13 Soekarno-Hatta, dibuat simulasi untuk ketiga lomba tersebut.
Lomba penyelamatan korban di bawah bangunan runtuh digelar di belakang gedung tengah sementara di depannya lomba memadamkan kebakaran dan menolong korban kebakaran di dalam gedung. Penyelamatan di air berlangsung di kolam renang di gedung sayap kiri GRN.
Penyelamatan korban di bangunan runtuh diwarnai dengan simulasi gempa saat operasi penyelamatan sedang berlangsung. Ketika sirene tanda ’gempa’ dibunyikan, para penolong langsung tiarap mengamankan dan menyelamatkan diri.
”Di kejadian nyata, begitulah kerap kali terjadi, terutama di lokasi bencana gempa bumi. Gempa susulan bisa terjadi saat kita sedang mengevakuasi atau mencari korban,” kata Sahroni Handayani, penolong-penyelamat (rescuer), petugas Health Safety Environment (HSE), dan bagian dari panitia-tuan rumah PT Putra Perkasa Abadi (PPA). Sahroni antara lain berpengalaman menjadi anggota regu penolong di gempa Padang, September 2009.
Setelah gempa berlalu, yang biasanya juga hanya berlangsung dalam hitungan detik, maka para penolong berkumpul kembali.
”Kita cek kembali kondisi masing-masing, lalu cek peralatan dan perlengkapan, cek juga situasi bangunan dan lingkungan untuk penilaian, apakah pencarian atau penyelamatan bisa langsung dilanjutkan atau ditunda, atau bagaimana,” papar Sahroni.
Dalam skenario lomba, penyelamatan dapat dilanjutkan kembali. Korban terdeteksi ada di ruangan yang akses masuknya tertutup puing. Para penyelamat kemudian memutuskan membuka akses baru dengan mengebor dan memotong tembok untuk bisa menjangkau dan menolong korban.
Setelah melihat langsung kondisi korban dari lubang yang dibuat dengan bor, barulah kemudian dibuat lubang segitiga yang cukup orang masuk. Tim penyelamat menggunakan peralatan yang biasa dipakai di lokasi kerja konstruksi seperti bor tembok dan mesin gergaji beton.
”Lubang di tembok harus berbentuk segitiga untuk mengecilkan risiko temboknya runtuh,” kata Frank, juri dari Pertapindo (Perhimpunan Tanggap Darurat di Bidang Pertambangan Indonesia).
Dengan terciptanya lubang di tembok, korban berhasil ditolong dan diselamatkan.
Untuk lomba memadamkan api kebakaran di dalam gedung, dinikmati penonton dengan dua cara. Pertama disaksikan langsung dan kemudian sebagian ditonton lewat siaran langsung (live streaming) di saluran youtube @PTPutraPerkasaAbadi. Bagian atraksi di luar gedung seperti persiapan alat, briefing singkat kapten regu pada anggotanya berikut pembagian tugas, gelar selang, dan sebagian penyemprotan api dari luar gedung, dapat disaksikan langsung.
Bagian ketika regu penyelamat masuk ke gedung dan berjuang menjinakkan api di dalam ruangan sambil mencari korban, dapat disaksikan di sejumlah televisi yang ada di sekeliling GRN yang menampilkan siaran langsung tersebut.
Regu tuan rumah PPA yang tampil terakhir pada pukul 19.30 mendapat sambutan meriah. Kapten regu PPA Putra dengan efektif membagi tugas rekan-rekannya sehingga bisa menyelesaikan misi pemadaman dan penyelamatan korban dalam waktu kurang dari 30 menit, batas akhir waktu yang diberikan.
Untuk lomba penyelamatan di air, regu penyelamat mendapati mobil yang mengalami kecelakaan dan terlempar masuk ke air yang keruh, lalu tenggelam hingga enam meter ke dasar berlumpur. Satu korban berhasil keluar dari mobil dan satunya lagi terjebak di dalam mobil.
”Maka regu penyelamat harus menyelam untuk menolong korban,” kata juri dan medical assessor dari Pertapindo asal Belanda, Peter van’t Wout.
Dengan jarak pandang nyaris nol karena keruhnya air, penyelam penyelamat harus sangat berhati-hati.
”Saya lihat setiap tim menunjukkan kemajuan yang luar biasa, baik dari segi teknik, penggunaan dan penguasaan alat, juga kebugaran fisik,” kata Peter yang lama berdinas sebagai marinir di Angkatan Laut Belanda.