Samarinda (ANTARA) -
"Program ini berlangsung selama 152 jam pelajaran. Dalam pelatihan ini, WBP diajarkan berbagai teknik menjahit, mulai dari dasar-dasar menjahit hingga pembuatan pakaian batik dengan desain kreatif," kata Kepala Lapas Narkotika Kela IIA Samarinda, Hidayat di Samarinda, Selasa.
Dia menjelaskan hingga saat ini, jumlah WBP yang telah memiliki keterampilan menjahit sebanyak 30 orang dan meminta para alumni pelatihan menularkan keahliannya kepada warga binaan lain.
Ia menilai pelatihan ini efektif meningkatkan keterampilan menjahit WBP, terlihat dari hasil karya yang ditunjukkan mereka. Keterampilan yang diperoleh WBP dapat membantu kemandirian mereka setelah menjalani masa pidana.
"Kami sangat apresiasi hasil pelatihan yang diikuti oleh warga binaan di Lapas Narkotika Samarinda, hasilnya bisa diadu dengan yang lain," ujar Hidayat.
Dia mengatakan program yang dilaksanakan selama dua pekan ini merupakan bentuk sinergi yang baik antara Lapas Narkotika Samarinda dengan BPVP Samarinda.
Kalapas Hidayat berkomitmen program ini dapat terus dilaksanakan secara berkelanjutan dengan jumlah peserta yang lebih banyak.
"Semoga dengan pelatihan ini, WBP dapat hidup mandiri dan tidak kembali lagi ke dunia kriminal," harap Hidayat.
Sementara itu Kepala BPVP Samarinda Muhammad Yasir menyambut baik kerja sama dengan Lapas Narkotika Samarinda karena program ini dapat memberikan manfaat bagi WBP dan membantu mereka untuk mendapatkan pekerjaan setelah bebas dari penjara.
"Bukan hanya sekadar pelatihan, namun yang terpenting yaitu mengimplementasikan ilmu yang telah didapat," ujar Yasir.
Pada program pelatihan menjahit di Lapas Narkotika Samarinda, WBP menampilkan hasil karya mereka dalam sebuah fashion show. Para WBP memamerkan pakaian batik hasil kreasi mereka masing-masing.
Training menjahit tersebut ditutup dengan penyerahan sertifikat kepada para peserta pelatihan oleh BPVP Samarinda.
Program Tailor Made Training merupakan salah satu upaya Lapas Narkotika Samarinda untuk membina dan membimbing WBP agar mereka memiliki keterampilan yang dapat menunjang kehidupan mereka setelah bebas dari lapas.