Samarinda (ANTARA Kaltim) - Jumlah penderita Tuberkulosis (TB) di Kaltim meningkat dua kali lipat dari 2013 dan lebih parah lagi sekitar 75 persen penderita yang terserang adalah pada usia produktif, yaitu usia 15 sampai 35 tahun.
Dihitung prevalensi 210 per 100.000 jiwa jika diperkirakan jumlah penduduk Kaltim 4,5 juta jiwa maka akan terdapat sekitar 7.350 penderita TB dengan BTA positif (Batang Tahan Asam/dahak mengandung kuman TB hidup) yang tersebar di kabupaten dan kota.
“Sampai sekarang ini kita belum bisa memberantas. Tanpa penanggulangan yang komprehensif, terintegrasi dan sungguh-sungguh tentu menjadi ancaman terhadap pembangunan sumber daya manusia Kaltim yang berkualitas,†kata Wakil Gubernur Kaltim HM Mukmin Faisyal HP pada Rakor dan Sarasehan Pengendalian Penyakit TB di Kaltim, Selasa (29/4).
Karenanya lanjut Mukmin, pemerintah bersama sejumlah pemangku kepentingan terkait harus mempelajarinya faktor lain yang mendukung terjadinya penyebaran penyakit TB ini termasuk isu strategis dalam analisa situasi program penanggulangan penyakit TB di Kaltim
Misalnya, masih ada beberapa daerah yang belum berkomitmen untuk lebih memberikan perhatian terhadap upaya penanggulangan TB, khususnya dukungan finansial atau pendanaan guna kegiatan operasional tingkat lapang dan obat.
Termasuk belum kuatnya jejaring unit pelaksana program mulai dari level unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, RS dan dokter praktek swasta), sehingga penemuan penderita TB dan kelangsungan pengobatan penderita TB belum tercapai maksimal.
Masih kurangnya pengetahuan masyarakat maupun tokoh setempat tentang penyakit TB yang memerlukan masa pengobatan selama enam bulan serta kurangnya support keluarga untuk menjadi kader Pengawas Minum Obat (PMO) sampai pasien TB dinyatakan sembuh.
“Untuk target penemuan 70 persen seharusnya minimal ditemukan 4.690 penderita TB dengan BTA positif, namun yang ditemukan rata-rata setiap tahun baru mencapai 2.410 penderita atau 35,80 persen,†jelasnya.
Masalah lain, tidak teraturnya pengobatan sehingga timbul resisten terhadap obat-obat anti TB. Karenanya Mukmin berharap Perhimpunan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Kaltim sangat membantu terhadap upaya penanggulangan penyakit TB di daerah.
Sementara itu Ketua Umum PPTI Raisis Arifin Panigoro berharap agar PPTI Wilayah Kaltim bersama cabang di kabupaten dan kota mampu menemukan penderita TB lebih banyak dan memberikan pengobatannya dapat terjamin sampai sembuh.
“Saya merasa optimis kepengurusan PPTI yang baru periode 2014-2019 mampu melakukan upaya penanggulangan masalah penyakit TB sehingga lebih berhasil dan akhirnya penyakit TB Paru di Kaltim tidak menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat,†ujar Raisis Arifin Panigoro.
Dalam kesempatan tersebut dilakukan pelantikan pengurus PPTI Wilayah Kaltim yang dipimpin H Sutarnyoto, sekaligus penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara PPTI Wilayah Kaltim dengan TP PKK Kaltim.(Humas Prov Kaltim/yans).