Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menargetkan seluruh sekolah jenjang SMA menerapkan Kurikulum Merdeka Fase F pada tahun 2024.
"Seluruh SMA sederajat di wilayah Kaltim, kami targetkan bisa masuk mengikuti Fase F Kurikulum Merdeka pada tahun depan, peserta didik bisa memilih mata pelajaran sesuai kemampuan, minat dan bakatnya masing-masing," kata Sub Koordinator Kurikulum dan Penilaian SMA Disdikbud Kaltim Atik di Samarinda, Selasa.
Ia menjelaskan, Fase F Kurikulum Merdeka adalah fase yang diperuntukkan bagi kelas 11 dan 12, baik di tingkat SMA, SMK, atau sederajat. Pada fase ini, peserta didik bisa memilih mata pelajaran yang disukai, sesuai dengan minat dan bakatnya.
Lanjutnya, dalam penerapan kurikulum tersebut ada tiga tahap kemandirian dalam penerapan Kurikulum Merdeka, antara lain Mandiri Belajar, Mandiri Berubah dan Mandiri Berbagi.
"Kita harap semua SMA di Kaltim masuk pada fase F, artinya tahun ini di kelas 11 itu sudah masuk di Mandiri Berubah," katanya.
Atik memaparkan perbedaan Kurikulum Merdeka dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2013, salah satunya tidak ada lagi perihal sistem penjurusan, namun Kurikulum Merdeka menggunakan 19 mata pelajaran yang bisa menjadi pilihan para siswa.
"Minimal di dalam sekolah itu menyediakan tujuh mata pelajaran pilihan, itu bedanya dengan Kurikulum 2013. Intinya sekarang tidak ada lagi sistem penjurusan," terangnya.
Kendati demikian, Kurikulum Merdeka bukan bermaksud agar para siswa semau-maunya dan sekehendaknya ketika belajar. Justru, mendukung siswa untuk memilih mata pelajaran sesuai minat dan bakatnya.
Menurutnya, bisa dikatakan Kurikulum Merdeka ini sama seperti sistem perkuliahan, akan tetapi yang perlu digarisbawahi adalah, tidak ada sistem SKS.
"Kurikulum Merdeka itu mendegradasi yang namanya jurusan, dulu ada IPA, IPS dan Bahasa. Sekarang sudah tidak ada lagi diganti dengan pemilihan mata pelajaran sesuai minat siswa, jadi ada penjurusan sampai kelas 12, sehingga perguruan tinggi juga menyesuaikan dengan Kurikulum Merdeka," ujar Atik.