Balikpapan (ANTARA) - Berau menambah satu lagi wahana rekreasi dan edukasi kawasan ekowisata mangrove di Kampung Teluk Semanting, Kecamatan Pulau Derawan, Kalimantan Timur, yang diresmikan Bupati Berau Sri Juniarsih pertengahan pekan lalu.
“Di sini pengunjung bisa menikmati hamparan mangrove yang asri sekaligus belajar mengenai ekosistem mangrove,” kata Kepala Kampung Teluk Semanting Abdul Gani, Senin.
Kampung Teluk Semanting berada di pesisir, lebih kurang setengah jam bermobil dari Tanjung Batu, pelabuhan menuju Pulau Derawan dan pulau-pulau lainnya di kepulauan tersebut. Bila dari Tanjung Redeb, perlu tidak kurang dari 90 menit untuk mencapai Semanting.
Kawasan ekowisata seluas 750 hektre ini juga dilengkapi jembatan titian, pusat informasi dan penjualan cenderamata hasil karya warga setempat, menara pantau untuk wisata pengamatan burung, serta fasilitas camping bagi pengunjung yang ingin menginap.
Menurut Abdul Gani, untuk mengembangkan ekowisata tersebut, warga membuat Tim Pengelola Mangrove Kampung Teluk Semanting. Tim Pengelola kemudian bekerjasama dengan Pemkab Berau, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Special Mission Vehicles (SMV) Kementerian Keuangan.
SMV Kementerian Keuangan terdiri dari badan-badan usaha milik negara (BUMN) yaitu persero PT Sarana Multi Infrastruktur, PT Sarana Multigriya Finansial, PT Geo Dipa Energy, PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia, dan PT Indonesia Infrastructure Finance, serta Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia.
Bupati Berau Sri Juniarsih pada kesempatan terpisah mengatakan, penetapan ekowisata di Teluk Semanting sudah sejak 27 September 2022 lampau. Pemkab Berau mengeluarkan Surat Keputusan Bupati Nomor 483/2022 tentang Penetapan Ekosistem Mangrove di Areal Penggunaan Lain (APL) Kampung Teluk Semanting sebagai Ekowisata Mangrove Berkelanjutan Berbasis Masyarakat.
Bupati Juniarsih menambahkan bahwa pengembangan ekowisata mangrove di Kampung Teluk Semanting ini juga selaras dengan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Berau Tahun 2016-2031.
“Tidak banyak kabupaten seperti Berau yang memiliki kawasan mangrove dengan luas hampir 80.000 hektare dan sebagian besar kondisinya dalam keadaan baik,” kata Direktur Program Kelautan YKAN Muhammad Ilman.
Hal tersebut, lanjut Ilman, menjadikan Berau sebagai wilayah penting dalam perlindungan mangrove alami yang masih tersisa di Indonesia.
Hutan mangrove juga ekosistem terpenting pada kawasan pesisir, yang menyediakan beragam jasa lingkungan bagi masyarakat setempat.
Karena itu, perlu adanya pengelolaan dengan cara yang tidak merusak, antara lain dengan program ekowisata
“Kami berharap ekowisata mangrove ini menghadirkan banyak manfaat bagi seluruh masyarakat luas sambil tetap menjaga serta melestarikan alamnya,” kata Kepala Kampung Abdul Gani.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Berau kenalkan ekowisata mangrove di Teluk Semanting, Kaltim