Balikpapan (ANTARA) - Ibukota Nusantara (IKN) di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara Kalimantan Timur, mengusung konsep "forest city" atau kota rimba, akan menutup 75 persen lahan dengan hutan, dan hanya 25 persen yang dijadikan kawasan tempat tinggal, perkantoran, dan lain-lain area kebutuhan hidup manusia.
“Kami akan tanam kembali pohon-pohon endemik asli tempatan,” kata Kepala Satuan Tugas Pembangunan Infrastruktur IKN Dr Danis Hidayat di Balikpapan, Sabtu.
Dr Danis Hidayat Sumadilaga adalah Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) yang bersama tak kurang 500 orang lainnya menjadi bagian dari peserta Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) PII di Novotel, 20-22 Januari 2023.
Dengan luasan IKN yang mencapai 100 ribu hektare, diperlukan sekurangnya 15 juta pohon, karena itu sebagai bagian dari proyek pembangunan IKN adalah juga persemaian bibit di Mentawir di Timur Kecamatan Sepaku.
Persemaian itu luasnya 30 hektare, di persemaian itu disiapkan antara lain bibit pohon ulin atau kayu besi (Eusideroxylon zwageri), pohon-pohon balak (Dipterocarpaceae) seperti bangkirai atau balau (Shorea laevis) yang bila dewasa kelak tingginya bisa mencapai 70 meter.
“Saya mengingatkan agar bagian yang ada di Teluk Balikpapan jangan di lupakan, ada kawasan hutan mangrove yang juga menjadi habitat banyak spesies penyangga keseimbangan alam,” kata penggiat dan pemerhati lingkungan, penerima penghargaan Kalpataru dari Balikpapan, Kalimantan Timur, Agus Bei pada kesempatan terpisah.
Pohon-pohon mangrove seperti Rhizopora mucronata, Rhizopora apiculata, Avicennia, Sonneratia, Bruguiera telah terbukti menjadi kawasan pelindung Graha Indah dan memberi jasa lingkungan hingga jadi tempat kunjungan wisata.
Mangrove Center di Graha Indah, melindungi kawasan perumahan itu dari terpaan angin kencang dari Teluk Balikpapan dan jadi peneduh saat matahari terik, hutan mangrove seluas 100 hektare itu juga menjadi kawasan pemijahan ikan, habitat buaya dan bekantan (Nasalis larvatus), dan tempat kunjungan wisata.
Karena itu, kata Agus, ia sangat berharap banyak pada pembangunan dan kelak keberadaan Ibukota Nusantara (IKN) di Sepaku, Penajam Paser Utara.
“Dari yang kami ketahui, konsep IKN akan forest city itu sudah terbukti di Balikpapan, maka itu layak ditunggu penerapannya pada skala lebih besar selevel ibu kota negara,” kata Agus.
Balikpapan memiliki banyak hutan kota, baik di bukit-bukit maupun di pesisir seperti Mangrove Center yang dikelola Agus Bei di Graha Indah di bagian utara kota.
Hutan Kota Balikpapan antara lain berada di kawasan yang dikuasai perusahaan migas seperti Hutan Kota Gunung Sepuluh yang dikelola Kilang Pertamina International, atau Hutan Kota Telagasari di Pasir Ridge-Gunung Pasir yang ada di bawah kelolaan Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT).
Sebagian lagi langsung di bawah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan seperti Kebun Raya Balikpapan, atau bahkan dikelola khusus oleh badan pengelola tersendiri seperti Hutan Lindung Sungai Wain dan Hutan Lindung Sungai Manggar.
Agus Bei menjelaskan, hutan kota menjaga kestabilan ekologi, yaitu dengan menekan polusi air, udara, dan tanah, menyerap dan menyimpan karbon, dan menjadi habitat flora dan fauna.
“Maka keberadaan hutan kota itu memberikan Balikpapan kenyamanan,” ujar Agus.
Sekarang orang dari luar Balikpapan yang ingin ke IKN, atau baru dari IKN, menyempatkan diri berkunjung ke Mangrove Center, untuk berwisata, dan juga belajar. Agus berharap juga kunjungan-kunjungan itu bisa menginspirasi kebaikan dan bisa diterapkan di tempat asal masing-masing.