Melbourne (ANTARA) - Harga minyak tergelincir pada awal perdagangan di Asia pada Rabu pagi, di tengah dorongan oleh Presiden AS Joe Biden untuk menurunkan melonjaknya biaya bahan bakar, termasuk tekanan pada perusahaan-perusahaan besar minyak AS untuk membantu meringankan rasa sakit bagi pengemudi selama permintaan puncak musim panas negara itu.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS merosot 1,34 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi diperdagangkan di 108,18 dolar AS per barel pada pukul 00.31 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent turun 1,33 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi diperdagangkan di 113,32 dolar AS per barel.
Ketika Amerika Serikat berjuang untuk mengatasi kenaikan harga bensin dan inflasi, Presiden AS Joe Biden diperkirakan pada Rabu akan menyerukan untuk sementara menangguhkan pajak federal 18,4 sen per galon untuk bensin, sebuah sumber yang diberi pengarahan tentang rencana tersebut mengatakan kepada Reuters. Biden telah mengungkapkan pada Senin (20/6/2022) bahwa dia sedang mempertimbangkan apakah akan meminta jeda dalam pajak.
“Sekalipun para pedagang minyak mengakui bahwa harga minyak lebih tinggi membuat harga bensin yang lebih tinggi akan menyebabkan serangan bersama lebih agresif dari Fed (AS) yang mendorong suku bunga lebih tinggi dan pemerintahan Biden semakin kreatif di bidang politik dan fiskal untuk menjinakkan binatang inflasi energi," kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management.
Tujuh perusahaan minyak akan bertemu Biden pada Kamis (23/6/2022), di bawah tekanan dari Gedung Putih untuk menurunkan harga bahan bakar karena mereka membuat rekor keuntungan.
Namun, Kepala Eksekutif Chevron Michael Wirth pada Selasa (21/6/2022) mengatakan mengkritik industri minyak bukanlah cara untuk menurunkan harga bahan bakar.
"Tindakan ini tidak bermanfaat untuk memenuhi tantangan yang kami hadapi," kata Wirth dalam surat yang ditujukan kepada Biden, yang memicu tanggapan dari Biden yang mengatakan industri terlalu sensitif.
Terlepas dari kekhawatiran tentang inflasi, permintaan masih dalam perjalanan menuju pemulihan ke tingkat sebelum COVID dan pasokan diperkirakan akan memperlambat pertumbuhan permintaan, menjaga pasar tetap ketat, seperti yang diisyaratkan oleh raksasa perdagangan Vitol dan Exxon Mobil Corp minggu ini.
Sanksi minyak Eropa terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina - yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus" - belum berlaku, yang berarti pasokan hanya akan semakin ketat.
"Pasar masih berdamai dengan meningkatnya gangguan terhadap minyak Rusia. Sanksi Eropa belum berlaku," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan, menunjuk pada data yang menunjukkan bahwa sejauh ini hanya ada penurunan yang relatif terbatas dalam pasokan bahan bakar Rusia ke Eropa sejak konflik dimulai.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Minyak turun di Asia karena Biden dorong pemotongan biaya BBM AS