Penajam (ANTARA Kaltim) - Jembatan Nenang di Jalan Coastal Road RT 08, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) terancam ambruk karena salah satu "abutment" atau bangunan bawah jembatan pada kedua pilar terangkat di bagian pondasinya.
Salah seorang pekerja, Arba, Jumat, mengungkapkan bahwa jembatan mulai bergeser sejak Kamis (7/3) pukul 17.45 Wita.
Bangunan di bawah jembatan atau bisa juga disebut dinding jembatan bergeser terutama di bagian pondasi terangkat, sementara bagian atas menjulang keluar.
Pilar jembatan yang sudah rampung juga tampak terangkat. Bahkan, Sungai Nenang yang digunakan para nelayan juga tertutup tanah, akibat pondasi dinding jembatan yang terangkat.
Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, dua pekerja memasang kayu pembatas di dekat jembatan.
Pada saat dilakukan penimbunan tiba-tiba jembatan yang berada di Kelurahan Nenang, Kecamatan Penajam, itu bergerak karena dindingnya bergeser.
"Ada mandor yang sedang berdiri di atas jembatan untuk mengawasi penimbunan itu, tiba-tiba saja loncat karena melihat jembatan bergeser," ujarnya.
Menurut Arba, sehari sebelum kejadian memang sudah terdengar suara dari jembatan. Namun suara itu tidak dihiraukan dan dianggap hanya hal biasa. Apalagi jembatan itu baru selesai dibangun akhir tahun lalu.
"Jembatan itu selesai Desember 2012 dengan panjang jembatan sekitar 50 meter dengan lebar 25 meter dan tinggi 7 meter," ucapnya.
Salah satu warga, Subair, menambahkan, bergesernya dinding jembatan ini disebabkan karena pondasi tidak kuat.
Bahkan ia sudah melihat langsung paku bumi (tiang pancang) terlepas dari dinding jembatan. Dan dikhawatirkan kejadian tersebut, menyulitkan bagi nelayan Nenang untuk keluar masuk mencari ikan di laut.
"Malah pondasi di bagian tengah patah, itu membuat sungai Nenang tertimbun tanah, jadi tidak dapat dilewati," katanya.
Bahkan untuk melewati sungai tersebut, lanjut Subair, para nelayan juga takut karena khawatir jembatan ambruk saat lewat di bawahnya.
"Mau tidak mau harus dibuatkan alur lain untuk sementara, agar kapal nelayan bisa lewat," jelasnya.
Karena itu puluhan nelayan di RT 06, 07 dan 08 terpaksa harus menunda keberangkatannya untuk mencari ikan di laut.
Padahal mereka sudah melakukan persiapan seperti membeli solar dan es balok.
Amir, salah seorang nelayan di RT 07 Nenang, mengatakan puluhan nelayan rencananya baru akan melaut pada, Jumat (8/3) sore.
"Kami kan biasanya Kamis istirahat melaut dan nanti Jumat sore baru ke laut. Tapi bagaimana kami bisa melaut, kalau sungainya tertutup," jelasnya.
Amir mengaku, puluhan nelayan bila tidak melaut maka akan mengalami kerugian yang cukup besar.
Bukan hanya karena sudah terlanjur membeli solar dan es balok, namun karena bubu mereka sudah saatnya untuk diangkat. Karena bila sehari saja terlambat diangkat bisa rusak.
Sementara nelayan, lanjutnya, rata-rata memiliki bubu dari 50 unit sampai 150 unit. Satu unit bubu itu butuh biaya Rp150.000. Sekali melaut biasanya mendapatkan penghasilan Rp10 juta selama empat hari.
"Kalau kami tidak melaut, mau makan apa. Sementara itu satu-satunya mata pencaharian masyarakat di sini," ucapnya. (*)
Jembatan di PPU Terancam Ambruk
Jumat, 8 Maret 2013 20:22 WIB
Malah pondasi di bagian tengah patah, itu membuat sungai Nenang tertimbun tanah, jadi tidak dapat dilewati