Samarinda (ANTARA Kaltim) - Jumlah penduduk miskin atau yang berada di bawah garis kemiskinan di Provinsi Kaltim pada September 2012 turun 7.200 orang, atau dari 253.340 orang pada Maret 2012 turun menjadi 246.110 orang pada September 2012.
"Ini berarti persentase jumlah penduduk miskin di Kaltim saat ini sebanyak 6,38 persen dari total jumlah penduduk yang sekitar 4 juta jiwa," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Perwakilan Kaltim Johny Anwar di Samarinda, Rabu.
Selama periode Maret - September 2012, lanjutnya, penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 3.700 orang sedangkan di daerah perdesaan turun sebanyak 3.500 orang.
Pada Maret 2012, penduduk miskin yang tinggal di daerah perdesaan sebanyak 10,56 persen, atau lebih besar dibandingkan yang tinggal di perkotaan yang sebanyak 3,82 persen.
Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibanding peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada September 2012, sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan non makanan sebesar 71,64 persen.
Pada periode Maret - September 2012, indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan menurun.
Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin mendekat ke garis kemiskinan, sementara ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.
Menurut dia, besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Selama Maret - September 2012, patokan garis kemiskinan di Kaltim naik sebesar 4,69 persen, yakni dari Rp347.577 per kapita (orang) per bulan pada Maret 2012, menjadi Rp363.887 per kapita per bulan pada September 2012.
Berdasarkan komponen garis kemiskinan (GK) yang terdiri dari garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan non makanan (GKNM), maka peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibanding peranan komoditi bukan makanan.
Garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih besar dibandingkan di daerah perdesaan. Pada September 2012 garis kemiskinan di daerah perkotaan sebesar Rp384.413, sedangkan di perdesaan Rp330.329. Ini menggambarkan pemenuhan kebutuhan hidup di perkotaan lebih mahal dibanding perdesaan. (*)