Tenggarong (ANTARA News Kaltim) - Tari
Jepen Kutai mampu menarik perhatian pengunjung Brest International
Maritime Festival (BIMF) 2012 atau Festival Maritim Internasional yang
digelar di dermaga pantai Kota Brest, Perancis, pertengahan Juli lalu.
Kegiatan yang berlangsung di pesisir Perancis itu dimeriahkan dengan tampilan
kesenian dari lima negara, yang lokasinya tersebar di sepanjang pantai
Brest dengan sebutan "Village" atau kampung untuk masing-masing stand
negaranya. Ada kampung Norwegia, kampung Meksiko, kampung Maroko,
kampung Rusia, dan Kampung
Indonesia.
Sanggar Tari Adilla Tenggarong Kutai Kartanegara
(Kukar), yang didukung Yayasan Bhakti Total Bagi Indonesia Lestari dan
Dinas Kebudayaan dan pariwisata Kukar, didaulat mengisi kampung
Indonesia tersebut.
Tari Jepen merupakan seni tradisi masyarakat
pesisir Kukar yang dibawakan Sanggar Tari Adilla itu, menampilkan
berbagai macam ragam gerak yang ditata dan di kembangkan tanpa
mengurangi unsur tradisi aslinya.
Salah satu pentolan sanggar
Adilla, Riza mengatakan bahwa setiap mereka tampil, selalu mendapat
perhatian antusias dari pengunjung BIMF.
"Kalau kami tampil,
pengunjung Kampung Indonesia selalu membludak. Bahkan ada penonton yang
mengatakan pada saya atas kekagumannya dengan kesenian Indonesia yang
atraktif dan dinamis," ujar Riza saat ditemui, Kamis (2/8).
Dijelaskannya
di Kampung Indonesia, tim Sanggar Tari Adilla Kukar yang terdiri 9
orang termasuk penari dan pemusik tersebut, diberi
kesempatan untuk mengisi acara mulai dari pukul 10.00 hingga 22.00
waktu setempat.
Dalam aksinya, Sanggar Adilla membawakan
beberapa tarian Jepen, diantarnya tari Jepen Selamat Datang, Jepen
Lewang Begenjoh, Jepen Selendang, Jepen Rebana dan juga tari Saman dari
Aceh.
Secara bergantian, sanggar Adilla tampil dengan tim
kesenian dari Semarang yang menyajikan alunan gamelan Jawa, serta tim
Samarinda menampilkan Hudoq dan tarian suku Modang lainnya. Uniknya,
Kampung Indonesia juga diramaikan dengan dua warga Perancis yang unjuk
kebolehan membawakan seni bela diri asli Indonesia, Pencak Silat.
Riza
menambahkan, cuaca yang berubah-berubah disertai angin kencang dan suhu
yang dingin, membuat tim Indonesia harus menjaga kondisi tubuh,
sekaligus memastikan semua peralatan dan kebutuhan tari tetap terjaga,
meski pada saat itu di Eropa sedang dalam musim panas. "Padahal disana
katanya musim panas, tapi kami merasa tetap lebih
dingin," ungkapnya.
Lebih lanjut dikatakannya, proses panjang
mulai dari seleksi dan latihan persiapan selama kurang lebih 6 bulan,
membuahkan hasil yang sangat maksimal. Terbukti sanggar Adilla mampu
menarik perhatian warga negara asing dan mendapat sambutan yang selalu
meriah dalam setiap penampilannya.
"Sungguh pengalaman yang
sangat berharga dan luar biasa, kami berkesempatan untuk mengenalkan
seni budaya nusantara khusunya kesenian Kukar kepada khalayak
Internasional," pungkasnya.
Festival tersebut selain menampilkan
seni budaya negara peserta, juga mempamerkan berbagai macam jenis
kapal-kapal tradisional dan kapal-kapal canggih yang dimiliki
masing-masing negara. (*)
Jepen Diminati Pengunjung Festival Maritim
Kamis, 2 Agustus 2012 11:14 WIB