Sangatta (ANTARA News Kaltim) - Wakil Gubernur Kalimantan Timur Farid Wadjdy menyatakan prihatin dan masyarakat seharusnya juga malu karena posisi Kaltim kini menempati peringkat tiga di Indonesia, setelah DKI Jakarta dan Riau, dalam hal peredaran dan penyalahgunaan narkoba.
"Posisi Kaltim di urutan ketiga adalah posisi yang tidak mengenakkan. Seharusnya kita semua malu. Nah, dari posisi tersebut, tidak ada cara lain, bagaimana menekan peredaran dan penyalahgunaan narkotika di daerah ini hingga pada 2015 target Kaltim adalah zero narkoba benar-benar akan terwujud," kata Wakil Gubernur Kaltim, H Farid Wadjdy usai memimpin upacara puncak Peringatan Hari Anti Narkotika Internasional 2012, yang dipusatkan di Sangatta, Kutai Timur, Selasa.
Ia berharap, rasa malu dan prihatin mampu membangkitkan kesadaran melawan peredaran dan penyalahgunaan narkoba di daerah ini
Farid menjelaskan, penyalahgunaan narkotika di Kaltim pada 2008-2011 terus meningkat, yakni mencapai 77.884 orang. Artinya, peningkatan tersebut melebihi proyeksi pada 2013, yakni hanya mencapai 61.841 orang.
Dia berharap pemerintah dan masyarakat membangkitkan kembali semangat dan komitmen untuk melawan dan menyatakan perang terhadap penyalahgunaan dan peredaran narkotika.
Peringatan Hari Anti Narkotika Internasional kali ini diharapkan menjadi momentum seluruh masyarakat Kaltim untuk menyatakan perang terhadap penyalahgunaan dan peredaran narkotika di daerah.
"Saya pikir, pernyataan perang ini merupakan tekad yang sangat diharapkan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota serta Pemerintah Daerah se Indonesia agar peredaran narkotika dan penyalahgunaannya tidak meluas di masyarakat," tegas Farid.
Agar peredaran dan penyalahgunaan narkotika tidak kian menyebar di masyarakat, termasuk di kalangan pelajar bahkan instansi pemerintahan, maka Badan Narkotika Provinsi maupun Kabupaten dan Kota jangan berhenti melakukan penyuluhan tentang bahaya penggunaan dan peredaran narkotika.
Menurut Farid, baik pelajar dan lingkungan keluarga yang divonis menggunakan narkotika merupakan korban yang memang tidak mengetahui dampak dari penyalahgunaan itu akibat pergaulan dan lingkungan yang tidak baik.
"Karena itu, penyuluhan patut terus dilakukan. Bahkan, terhadap generasi muda yang telah terjebak dan menjadi korban dalam penggunaan narkotika tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja. Guna memulihkan kondisi mereka, Pemprov Kaltim akan meresmikan Gedung Rehabilitasi pengguna narkotika di Samarinda, melalui anggaran APBN. Nah, ini semua merupakan bukti kepedulian pemerintah, sehingga tidak hanya penyuluhan tapi juga rehabiliasi bagi korban yang ketergantungan narkotika," katanya.
Selain itu, Farid juga menyatakan bahwa peredaran narkotika sudah mewabah di daerah terpencil maupun perdesaan. Bahkan, yang rawan narkotika adalah daerah yang padat penduduknya. Terlebih, pengguna narkotika sudah menyebar dari orang dewasa hingga kalangan anak-anak.
"Kewaspadaan seluruh pihak, khususnya orang tua sangat penting. Sehingga penyebaran dan penggunaan narkotika tidak kian meluas di daerah ini," jelasnya.
Selain narkotika, Farid juga menyinggung bahwa penyebaran penyakit HIV AIDS juga mengkhawatirkan di Kaltim. Sejak ditemukan ada satu orang di Kaltim pada 1997, yang dinyatakan mengidap penyakit HIV AIDS, ternyata hingga 2011 meningkat mencapai 2.288 pengidap HIV AIDS, 662 orang telah menjadi penderita AIDS, serta 401 orang diantaranya telah meninggal.
Sementara itu, Kepala Badan Narkotika Provinsi (BNP) Kaltim, Sabar Sinaga mengatakan, dengan memperingati Hari Anti Narkotika Internasional ini, Pemprov Kaltim, khususnya BNP berupaya melakukan pemberantasan penyalahgunaan narkotika di daerah.
"Caranya, BNP akan terus berupaya melakukan sosialisasi melalui penyuluhan terhadap masyarakat, baik di lingkungan masyarakat hingga instansi pemerintahan, misalnya menjelaskan apa itu narkoba dan bagaimana bentuknya serta dampak dari penyalahgunaannya," jelasnya. (Humas Pemprov Kaltim)