Berau (ANTARA) - Sebanyak 40 peserta dari empat kampung di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur, mengikuti pelatihan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kampung Merabu, dengan narasumber dari Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Kami berterima kasih kepada dua narasumber dari Jawa yang pada 26-28 April lalu memberikan materi cukup bagi kami dalam teknik pengelolaan BUMDes," ujar Agustinus, Kepala Kampung Merabu, Kecamatan Kelay, Berau, Kalimantan Timur, Rabu.
Dalam kurun tiga hari itu, 40 peserta antusias mengikuti pelatihan. Narasumber dalam pelatihan adalah Stefanus Subantardjadari selaku pendamping BUMDes Tirta Mandiri, Desa Ponggok, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kemudian Eko Pambudi selaku Direktur BUMDes Panggung Lestari, dari Kabupaten Bantul, DIY.
Adapun 40 peserta yang menjadi peserta pelatihan berasal dari Kampung Merabu, Kampung Long Duhung, Kampung Long Ayan, dan Kampung Gunung Sari, Berau. Pelatihannya digelar di Merabu, Kecamatan Kelay.
Dalam kesempatan itu, Stefanus mengatakan bahwa BUMDes Tirta Mandiri merupakan BUMDes percontohan se-Indonesia dengan pendapatan pada 2018 sebesar Rp16,4 miliar. Pendapatan sebesar itu berasal dari lima unit usaha yang dijalankan.
Lima unit usaha itu adalah Toko Desa, pengelolaan wisata Umbul Ponggok, penyewaan properti, budi daya perikanan, dan unit usaha taman air (water park).
"Capaian hingga tahun 2018 itu tidak mudah karena sebelumnya kami mendapat penolakan keras dari warga, namun pemerintah desa (pemdes) sudah menyiapkan rencana bisnis matang untuk memulai usaha, sehingga warga tidak bisa membantah analisa yang dibuat BUMDes bersama pemdes sangat masuk akal," katanya.
Rencana usaha yang matang itu meliputi inventarisasi aset, pengelolaan sumber daya manusia, hingga target pasar yang akan tertarik mengunjungi objek wisata di Ponggok.
Mengingat sudah ada perencanaan matang termasuk kemungkinan risiko yang bakal dihadapi, maka secara perlahan BUMDes mulai menghasilkan keuntungan, sehingga kemudian mampu menarik partisipasi warga desa.
Ia melanjutkan warga Ponggok yang dulunya antipati dan menentang pengembangan wisata oleh BUMDes, kini berbalik arah mendukung dan terlibat aktif dalam pengeloaan BUMDes.
"Sebagian keuntungan BUMDes disisikan untuk dana pendidikan anak-anak di desa, bantuan lansia, bahkan untuk renovasi rumah warga tidak mampu. BUMDes jangan dimaknai untuk bagi-bagi duit, namun untuk melayani masyarakat dan harus bisa menyelesaikan masalah ekonomi desa," ucap Stefanus.